Bengawan Solo Siaga Satu, Warga Diimbau Waspada
Saat ini, ketinggian air di sungai terpanjang se-Pulau Jawa ini sudah memasuki siaga I.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM BOJONEGORO, - Hujan yang membasahi Kabupaten Bojonegoro sejak tiga hari terakhir membuat ketinggian air di sungai Bengawan Solo meningkat. Saat ini, ketinggian air di sungai terpanjang se-Pulau Jawa ini sudah memasuki siaga I.
Kendati demikian, Bupati Bojonegoro, Suyoto meminta warga Bojonegoro tak perlu cemas dengan kondisi saat ini. Pasalnya curah hujan di beberapa daerah sekitar Bojonegoro tak mengalami kenaikan yang cukup berarti. Artinya kecil kemungkinan pada awal tahun ini Kabupaten Bojonegoro kembali kebanjiran.
"Kenaikan air saat ini terjadi karena sumbangan air di kabupaten ini saja," kata Suyoto di sela Panen Raya Bawang Merah di Desa Duwel, Kecamatan Kedungasem, Senin (6/1/2014) siang.
Suyoto menjelaskan, sebagian besar wilayah berjuluk Bumi Angling Dharma ini memang langganan banjir. Karena itu, ia tak heran jika banjir akan datang meski bukan pada waktunya.
Saat ini saja, sejumlah anak sungai Bengawan Solo seperti Kali Gandong dan Kali Mati di Kecamatan Padangan dan Purwosari kondisi airnya penuh.
Air bercampur lumpur itu, mengalir deras dan masuk ke sungai Bengawan Solo. Air mengalir deras menyeret dahan, pelepah pisang, dan ranting-ranting kering.
Meski begitu, warga terlihat menyeberangi sungai itu dengan naik perahu kayu seperti biasa. Sesuai dengan kebiasaan warga sebelumnya.
Suyoto mengatakan, saat ini sudah memiliki cara guna mempersiapkan warga Bojonegoro menghadapi banjir. Salah satunya dengan mempercepat masa penanaman padi, dan sejumlah tanaman yang tak ramah dengan banjir.
Rencananya, para petani padi di Bojonegoro pada tahun ini akan menanam satu bulan lebih cepat dari sebelumnya.
"Setelah kami panen, dan masa banjir tiba, saya akan buatkan spanduk besar yang isinya, 'Selamat datang banjir'," ungkap politisi Partai Amanat Nasional ini.
Selain itu, Pemkab Bojonegoro juga membuat lokasi evakuasi penduduk yang ia namakan "Ebaga" alias Evakuasi Bahagia. "Supaya yang ngungsi bahagia di situ," katanya.
Sekadar diketahui, banjir memang persoalan serius yang selalu dihadapi kabupaten dengan julukan Bumi Angling Dharma ini.
Setiap tahun setidaknya ada dua banjir besar terjadi di sini. Banjir ini seringkali terjadi pada awal, serta akhir tahun. Kerugian masing-masing banjir ini mencapai miliaran rupiah.
Selain korban materil, banjir juga mengakibatkan korban jiwa. Pada akhir tahun 2013, banjir akibat luapan Bengawan Solo mengakibatkan lima orang meninggal dunia.