Gandrung Banyuwangi Kesulitan Cari Penerus
Gandrung Banyuwangi. Kesenian khas Banyuwangi ini makin sulit mencari penerus tradisi.
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com - Setali tiga uang dengan Gandrung Banyuwangi. Kesenian khas Banyuwangi ini makin sulit mencari penerus tradisi.
Supinah (49) seorang gandrung menyebut seniman gandrung di daerahnya tinggal sekitar 37 orang. Yang mengkhawatirkan Supinah, mereka ini rata-rata sudah tua, usainya 40 tahun-70 tahun. "Sulit sekali mencari penerus gandrung," katanya.
Para seniman gandrung tua inilah yang selama ini pentas dari kampung ke kampung.
Memang dalam dua tahun terakhir, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mencoba menghidupkan gandrung, dengan menggelar festival gandrung, tahun 2012 - 2013.
Di tahun 2012, festival gandrung mengambil tajuk Gandrung Sewu. Ada 1.000 lebih penari gandrung menari dan menyuguhkan teaterikal sejarah gandrung.
Sedangkan di tahun 2013, festival gandrung mengambil tajuk Paju Gandrung Sewu di Pantai Boom, Banyuwangi. Sebanyak 2.106 orang menari gandrung. Mereka terdiri atas 1.053 penari gandrung dan 1.053 paju atau penari laki-laki yang ikut menari bersama gandrung.
Mereka yang menari mulai dari pelajar SD, SMP dan SMA. Di sela-sela ribuan penari itu, ada sekelompok kecil penari gandrung profesional.
Tapi mereka ini, menurut Supinah masih sebatas sebagai penari gandrung, bukan sebagai seniman gandrung.
Ditambahkan, jarang sekali, para penari gandrung didikan sekolah itu mau meneruskan menjadi seniman gandrung. Seniman yang bukan sekedar menari sesaat, tapi benar-benar gandrung yang bisa menari berjam-jam, bahkan semalam suntuk seperti tradisi gandrung yang dikenal masyarakat Banyuwangi secara turun temurun. (idl/ab/uni)