Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Logistik Minim, Pengungsi Banjir Semarang Makan Nasi Sisa

Markini (53) warga Sawah Besar gang V, Kelurahan Kaligawe, Kecamtan Gayamsari, Semarang hampir dua minggu ini tidak pulang ke rumah.

Editor: Ade Mayasanto
zoom-in Logistik Minim, Pengungsi Banjir Semarang Makan Nasi Sisa
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan/Wahyu Sulistiyawan
Meluap: Banjir menggenangi perkampungan di Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Selasa (4/2/2014). Banjir tersebut disebabkan sungai Banjir Kanal Timur tidak kuat menahan debit air hujan yang turun pada Senin (3/2/2014) sehingga air meluap hingga menggenangi perkampungan setinggi 50 setimeter. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Markini (53) warga Sawah Besar gang V, Kelurahan Kaligawe, Kecamtan Gayamsari, Semarang hampir dua minggu ini tidak pulang ke rumah. Genangan air seperut masih merendam rumahnya sejak pertengahan Januari lalu.

"Saya ini pemegang rekor terlama engga pulang. Kalaupun ngintip rumah dari depan gang, he he he," katanya saat ditemui di depan gang III Sawah Besar, Rabu (5/2/2014) sore.

Sore itu, Markini sedang berbincang dengan warga gang III di pos siaga bencana. Bersama ibu-ibu lainnya, mereka mengeluhkan bencana banjir kali ini jauh lebih besar. Dulu, kalaupun ada genangan air, paling tidak dua hari hingga tiga hari sudah surut.

Markini lalu bercerita, sejak kebanjiran dua minggu lalu, air yang menggenangi rumahnya belum surut. Bahkan, cuaca cerah sehari pun tidak bisa membuat air surut. "Semuanya basah, kasur yang dipakai anak saya pun pun basah semua. Kalau sekarang tidurnya yang ada aja, " tuturnya.

Nasib serupa dialami Sriyanto (45). Warga Sawah Besar gang III itu juga tidak pernah pulang. Bahkan, sejak dua minggu lalu ia dan lima keluarganya mengungsi tidur hingga mandi di masjid kampung. Sesekali ia memilih tidur di posko.

Saat ditemui Tribun, ia menunjuk anak-anaknya yang tampak tidak terpengaruh dengan banjir. Dua anaknya justru bermain di gang kampung yang tergenang air. Mereka sibuk mencari belut. "Saya ini sudah dua hari, dua malam engga tidur lho, buat jagain sini (pos) kalau-kalau hujan lagi," tuturnya.

Setiap hari, Sriyanto menyempatkan diri menengok rumahnya dari jendela. Ia tidak ingin barang-barangnya ada yang terendam air. Posisi barang elektroniknya sekarang ada di atas meja, termasuk kulkas.

Berita Rekomendasi

Nasib mereka diperparah dengan miniminya pasokaan logistik ke pos mereka. Sri Haryani, warga lain, mengatakan logistik makanan sudah tidak ada yang mengirimi lagi. Padahal warga sekitar bergantung pada dapur umum untuk makan sehari-hari. "Ini aja masakan kemarin tapi masih bisa dimakan," tuturnya.

Selama ini, pihaknya selalu mencari bantuan logistik dengan menelepon berbagai instansi. Namun, kabar terakhir dari Pemerintah Kota Semarang, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang bilang kalau logistiknya sudah habis. "Gak cuma logistik, kami juga butuh selimut kan di sini dingin, lalu perlengkaapan mandi serta obat-obatan," tuturnya.

Sri berharap air yang menggenangi rumah warga segera surut. Lalu, Banjir Kanal Timur (BKT) tidak lagi meluap. Ia mengakui, saat ini setiap kali ada hujan deras rasa trauma mendadak muncul. "Saya takut tiap kali ada hujan deras," ucapnya.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi membantah pihaknya kehabisan logistik. Menurutnya, cadangn logistik di pemkot berupa indomie dan bahan pokok masih ada. Bahkan menumpuk di gudang. "Kami support terus, engga habis kok. Masih banyak sekali," tuturnya di Balai Kota, Rabu (5/2/2014).

Ia berujar, warga bisa minta ke kantor kelurahan atau camat terkit bantuan logistik. Bahkan, ia berujar, jika masih tidak bisa, warga bisa mendatanginya langsung.


Demak kembali banjir
Sementara itu, hujan yang terjadi pada Senin (3/2) hingga Selasa pagi (4/2) membuat beberapa debit air di sungai yang ada di Demak mengalami peningkatan. BPBD Kabupaten Demak mencatat saluran buangan sawah dan Kali Babon di Kecamatan Sayung, Kali Waru di Kecamatan Mranggen, dan saluran air di Kecamatan Karanganyar mengalami peningkatan debit air dan masuk ke jalanan maupun pemukiman warga.

Kabid Rehab dan Rekonstruksi BPBD Demak, Dwi Artanto, saat dihubungi Tribun Jateng mengatakan ratusan rumah, beberapa ruas jalan dan persawahan kembali terendam banjir. "Banjir kemarin terjadi di tiga kecamatan. Dan yang paling parah di Sayung. Meluapnya kali Babon membuat jalur transportasi macet," ujar Dwi Artanto.

BPBD mendata air yang masuk ke Desa Prampelan Kecamatan Sayung berasal dari Kali Waru yang juga menggenangi di Desa Ngemplak dan Desa Waru. "Airnya kiriman dari Kecamatan Mranggen. Banjir yang terjadi di Desa Prampelan setinggi 20 sentimeter sampai 30 sentimeter yang sudah terjadi sejak hari Senin (3/4). Sementara meluapnya sungai Babon akibat luapan air yang berasal dari hulu yang melewati Kota Semarang. Luapan ke pemukiman maupun jalan setinggi 30 sentimeter sampai 50 sentimeter," jelasnya.

Debit air Sungai Dombo di Kecamatan Sayung juga meningkat akibatnya Desa Sayung, Desa Sriwulan tergenang air setinggi 20 sentimeter hingga 40 sentimeter. Sementara itu banjir yang terjadi di Kecamatan Karanganyar, menggenangi Dukuh Krajan Desa Ketanjung. "Air di Desa Ketanjung berasal dari gelontoran air saluran pembuangan sawah di Kabupaten Kudus. Di sana ketinggian air mencapai 40 sentimeter," imbuh Dwi Artanto.

Selain kemacetan dan rumah penduduk tergenang ratusan hektare sawah dan tambak tergenang banjir. Banjir hingga Rabu (5/2) masih belum surut, namun luapan Kali Babon di Jalur Pantura sudah surut. (bbb/alv)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas