12 Kuburan Berusia Ratusan Tahun Dibongkar karena Cekcok Keluarga
Gara-gara cekcok masalah tanah, 12 kuburan leluhur berusia ratusan tahun menjadi rusak karena dibongkar paksa.
Laporan Wartawan Surya Moh Rivai
TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP - Gara-gara Sundiye (40) dan Enik alias Supandi (50) cekcok masalah tanah keluarga, 12 kuburan leluhur mereka yang berusia ratusan tahun menjadi rusak karena dibongkar paksa.
Sundiye (40), merupakan warga Desa Talang, Kecamatan Saronggi, Sumenep. Ia berkonflik dengan Enik alias Supandi (50), warga Desa Juluk, Kecamatan setempat. Keduanya, masih memiliki ikatan keluarga.
"Kami sudah memediasi kedua belah pihak, agar tidak membawa persoalan pribadi ke masalah kuburan yang sudah berumur ratusan tahun. Tapi keduanya sama-sama ngotot,'' kata Syahrullah, Sekretaris Desa Talang, Minggu (16/2/2014).
Ia menjelaskan, 12 kuburan keluarga Sundiye itu berada di lahan milik milik Enik, yakni di pemakaman Lebar, Dusun Laok Lorong, Ares Temor, Desa Talang.
Karena bertengkar, Sundiye lantas membongkar belasan makam itu dan memindahkan mayat leluhurnya ke tanahnya sendiri. Persisnya dipindah sekitar 50 meter ke arah timur laut dari pemakaman semula, Minggu pagi tadi.
Menurut Syahrullah, pembongkaran kuburan tersebut hanya dipicu persoalan jual beli tanah milik keluarga yang dijual Enik atau kepada pihak ketiga.
Ternyata, menurut pengakuan Sundiye, tanah yang kadung dijual ke orang lain itu diakui sebagai tanah miliknya.
"Karenanya, Sundiye meminta pembagian hasil penjualan tanah kepada Enik. Akhirnya perselisihan terus meruncing, hingga mengarah pada tanah hibah makam keluarga,'' sambung Syahrullah.
Suatu hari, Sundiye yang sedang membawa pakan ternak dari ladang, berpapasan dengan Enik di sekitar pemakaman yang menjadi sengketa.
Saat itulah baku mulut terjadi sampai puncaknya Supandi meminta Sundiye memindah kuburan leluhurnya dari tanahnya.
Sundiye mengatakan, sejak pertengakaran itu terjadi, Supandi selalu mendesaknya untuk memindahkan 12 makam tersebut.
"Jujur, kami sekeluarga sudah berusaha untuk tidak terpancing ucapan Enik. Tetapi, karena setiap bertemu selalu mengulang-ulang ucapannya, maka dengan sangat terpaksa, kami pindah,'' tambah Sundiye.
Sukro (50) tokoh masyarakat desa setempat menambahkan, pembongkaran kuburan tua tersebut mestinya tidak perlu terjadi kalau keduanya mau dimediasi oleh pamong desa.
Bahkan, Minggu pagi tadi, sebelum dimulai pembongkaran, seorang anak Enik, Supandi, datang ke lokasi dan meminta keluarga Sundiye tidak meneruskan niatnya.
"Supandi dan sekdes tadi pagi sudah datang ke sini, dan meminta pihak Sundiye tidak melanjutkan niatnya. Tapi permintaan Supandi dan sekdes ditolak keluarga Sundiye,'' tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.