Ratusan Guru di Perbatasan Indonesia-Malaysia Masuk Kamp Militer
Sebanyak 183 guru yang bertugas di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, dilatih dalam kamp militer.
Laporan Wartawan Surya Adrianus Adhi
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Sebanyak 183 guru yang bertugas di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, dilatih dalam kamp militer Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lantamal) Kota Malang, Selasa (25/02/2014).
Ketua Pelaksana Pendidikan Profesi Guru (P3G) Universitas Negeri Malang, Dr Eddy Sutadji mengatakan, sebanyak 158 guru berasal dari UM.
Sisanya, kata dia, guru dari universitas lain di Jawa Timur yang tak memiliki Progam Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SMP3T).
Progam ini, merupakan salah satu pilihan pendidikan guru di UM yang menampung keinginan para pemuda untuk mengabdi di wilayah perbatasan Indonesia.
"Progam dan pelatihan seperti ini sudah kali keduanya, yang saat ini mereka kami berangkatkan pada tahun 2013 lalu," kata Eddy pada Surya Online, Selasa.
Eddy menjelaskan, para guru ini sudah setahun menunaikan tugas di Manggarai (NTT), Nunukan dan Malinau (Kalimantan Utara), Sitaro dan Talaud (Sulawesi Utara). Mereka dipanggil kembali ke Malang untuk ditingkatkan pengetahuannya selama satu semester, serta membentuk karakter masing-masing.
Di Lantamal ini, mereka akan menjalani pendidikan selama empat hari. Selanjutnya, mereka akan kembali kuliah di UM selama setahun, lalu ditempatkan di tempat pengajaran sebelumnya.
"Pelatihan di Lantamal ini untuk membentuk karakter yang tangguh, disiplin, membangun jiwa kebersamaan, serta rasa cinta tanah air," ungkap Eddy.
Dalam pembukaan ini, hadir Danlanal TNI AL Kolonel Symasul Rizal, serta beberapa pejabat di Dinas Pendidikan Kota Malang.
Mereka menyaksikan rangkaian pelatihan, yang dibuka suara tiga letusan senjata api dengan peluru hampa. Suara itu sempat membuat guru-guru terkejut, bahkan ada yang jatuh pingsan.