Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemuda Sakit Jiwa Tewas Ditembak karena Bacok Polisi

Mujianto (29), yang terkena gangguan kejiwaan, tewas setelah ditembak seorang anggota Polsek Ngajum.

zoom-in Pemuda Sakit Jiwa Tewas Ditembak karena Bacok Polisi
Surya/sylvianita widyawati
Kondisi Aipda Fery mulai membaik setelah diserang Mujianto menggunakan sabit, Minggu (9/3/2014). Mujianto yang mengalami gangguan jiwa terpaksa ditembak. 

Laporan Wartawan Surya Sylvianita Widyawati

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Mujianto (29), pria malang yang terkena gangguan kejiwaan, tewas setelah ditembak seorang anggota Polsek Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Ia tewas ditembak Aipda Fery. Sebelum ditembak, Mujianto terlebih dulu menyerang Fery memakai sabit yang dibawanya.

Minggu (9/3/2014), Surya tak kesulitan mencari rumah Mujianto (29) di Tegaron, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Warga banyak yang tahu Muji ditembak polisi, karena menyerang anggota Polsek Ngajum memakai sabit saat ia mengamuk.

Muji kemudian meninggal dunia dalam perjalanan ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Sabtu malam (8/3/2014).  Sampai Minggu sore, masih ada pentakziah yang datang ke rumah Muji.

Muji sendiri sudah dimakamkan di TPU desa setempat pada Minggu pagi pukul 09.00 WIB.

Berita Rekomendasi

"Keluarga kami sudah mengikhlaskan. Kami tidak menuntut apa-apa karena sama-sama musibah bagi kedua belah pihak," ungkap Rateno, ayah Muji ketika ditemui Surya Online di rumahnya, Minggu (9/3/2014).

Peristiwa tersebut, berawal ketika Muji keluar rumah dan membawa sabit. Aksinya itu, tak diketahui oleh keluarganya. Muji, kalau tak kumat, memang bekerja sebagai pencari rumput, buruh tani.

"Sabit yang dibawanya itu biasa dipakainya kalau kerja," ungkap Rateno. Ia mengungkapkan, Muji mulai mendapat gangguan kejiwaan sekitar enam tahun terakhir.

Ia tidak tahu penyebabnya apa. Bisa tiba-tiba kumat, tapi bisa berhari-hari tidak mengalami apa-apa.  Muji diperkirakan meninggalkan rumah sekitar pukul 20.00 WIB.

Pada hari nahas itu, sang kakak memang melaporkan Muji menunjukkan tanda-tanda akan mengamuk ke Polsek Ngajum. Pasalnya, Muji biasanya takut kalau melihat polisi.

"Tapi ternyata Muji malah seperti trauma. Apa cara polisi terlalu kasar? Dia jadi malah menyerang," tutur Rateno.

Ia menyatakan, juga melihat kejadian itu, yaitu anaknya melawan polisi. Setelah anaknya jatuh karena tembakan polisi, ia mendekati dan membopongnya.

Warga yang melihat sempat melarangnya mendekat. Tapi ada yang tahu, ia adalah ayah Muji.

"Anehnya, tidak ada darah sama sekali dari tembakan itu. Darah yang dijalanan malah darah pak polisi itu," ungkap Rateno tentang anak ketiganya itu.

Luka tembak di tubuh anak lelakinya yang masih membujang ada di paha kanan dan rusuk kanan.

Yang diingatnya, Sabtu lalu, Muji masih sempat mengambil petai di ladangnya. Ia juga sempat mengambil nangka dan minta dibuatkan rujak ibunya, Misni.

"Maafkan salah anak saya," katanya kepada Surya Online, ketika berpamitan meninggalkan rumah.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas