Lulus Kuliah Kedokteran, Kaget Dengan Penghasilan Minim
“Adilkah jikalau penghasilan dokter masih jauh lebih kecil ketimbang supir busway yang sudah capai 7 juta atau buruh pabrik di Jakarta
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Banyak anak kecil ketika ditanya mau jadi apa saat gede nanti, mereka menjawab mau jadi dokter.
Begitu gede, hanya sebagian kecil yang bisa berbaju dokter. Sebab, menjadi dokter memang tak mudah.
Sulitnya menjadi dokter bukan hanya karena standar akademis yang tinggi.
Kesulitan itu datang juga dari biaya pendidikan yang terlampau mahal bagi banyak anak Indonesia.
”Masalah biaya itulah yang memupuskan banyak mimpi anak bangsa menjadi dokter,” ujar dr Wahyu Triasmara, Selasa (3/6/2014).
Dokter memriksa gigi pengunjung dalam acara ?Sensodyne Enjoy Tanpa Ngilu! Zone? di Living World, Serpong, Sabtu (11/4/2015). Dalam kegiatan itu diisi dengan diskusi kesehatan gigi, pemeriksaan gigi dan beragam kuliner foodtruck. (Warta Kota/alex suban)
Banyak orang tua yang ragu menguliahkan anaknya di fakultas kedokteran.
Meskipun pandai, mereka ragu bisa membayar ongkos perkuliahan yang mencapai ratusan juta rupiah.
Memang tidak semua sekolah kedokteran itu mahal, akan tetapi bisa dihitung dengan jari dari beberapa fakultas kedokteran di negeri ini yang berbiaya murah.
Meski mahal, fakultas ini tetap menjadi primadona. Banyak lulusan SMA yang mengantre mendaftar, baik di kampus negeri maupun swasta.
Tentu saja, daftar antrean ini membuat pengelola kampus sumringah. Bagi mereka ini adalah peluang mendulang pendapatan besar.
”Income itu datang dari sumbangan masuk para mahasiswa baru,” imbuhnya.
Memang ada tawar menawar harga juga. Itu sudah bukan jadi rahasia umum terutama bagi penyelenggara sekolah kedokteran swasta.
Tak cukup puluhan juta per kepala, akan tetapi biaya lebih dari Rp 250 juta rela dikeluarkan demi mendapatkan jatah 1 kursi di sebuah perguruan tinggi.