Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Banjar Mahindra Bali di Melbourne Australia, Ingin Bangun Pura

Menurut Dwija, sejak didirikan 20 tahun lalu, hingga kini mereka belum mampu mendirikan balai banjar dan pura.

zoom-in Banjar Mahindra Bali di Melbourne Australia, Ingin Bangun Pura
TRIBUN BALI/ANDRIANSYAH
Sejumlah warga beriringan keluar dari Pura Desa usai berdoa sebelum menjalani tradisi mekotek di Desa Mungg, Badung, Sabtu (31/5). TRIBUN BALI/ANDRIANSYAH 

TRIBUNNEWS.COM,Melbourne Australia - Warga Bali di Melbourne, Australia membentuk sebuah banjar.

Namanya Banjar Mahindra Bali. Mereka yang di rantau tak bisa lepas dari hubungan kekerabatan dan tradisi.

Wartawan Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Ni Ketut Sudiani melaporkannya dari Australia.

Berawal dari acara temu kangen dan berbagi pengalaman, muncul gagasan sejumlah warga Bali di Melbourne untuk membentuk wadah resmi.

Melalui pengacara dan mendaftar ke bagian Education and Culture Department Australia, mereka menyampaikan bahwa organisasi yang akan didirikan adalah lembaga non profit.

Setelah melalui banyak proses akhirnya pemerintah setempat melegalkan organisasi tersebut dengan nama Banjar Mahindra Bali, satu-satunya banjar di Australia.

"Ini banjar suka duka. Sebagai wadah memperkenalkan seni budaya Bali kepada masyarakat dan pemerintah Australia. Walaupun Bali sudah terkenal, tapi pendekatan ini kami rasa tetap penting. Jadi pemerintah Bali juga tidak perlu secara khusus datang dan mengeluarkan banyak uang," tutur Nyoman Dwija Putra, Kelian Banjar Mahindra Bali, saat ditemui Tribun Bali, di kediamannya di West Melton, Melbourne, Australia.

Menurut Dwija, sejak didirikan  20 tahun lalu, hingga kini mereka belum mampu mendirikan balai banjar dan pura.

Selama ini segala kegiatan masih berpusat di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang berlokasi di 72 Queen Road, Melbourne.

"Kami, khususnya saya sebagai pengurus, benar-benar berharap suatu saat nanti kami memiliki tempat khusus untuk berkumpul. Kami sangat berharap mampu membangun pura di sini," tambah Dwija.

Pria asal Renon, Denpasar ini mengatakan mereka belum mampu membangun pura dan banjar sendiri karena kasnya belum mencukupi.

Sebab banjar ini tercatat sebagai  organisasi non profit yang tidak diperbolehkan melakukan kegiatan komersial.

Dwija merasa pembangunan banjar dan pura penting adanya karena banyak warga Bali yang menikah dengan warga Australia.

"Banyak yang mix-married di sini. Ada sekitar 300 anggota banjar, tapi ada juga yang belum tahu ada organisasi ini. Anak-anak mereka jadi bisa bingung, mereka tidak tahu asal usulnya," tambahnya.

Jumlah anggota yang kini tercatat sekitar 150 orang karena ada yang pindah atau pulang ke Bali, sehingga jumlahnya berkurang.

"Sekarang anggota yang aktif tersebar di seluruh Victoria, termasuk Melbourne, Geelong. Jadi kami juga punya facebook. Biasanya kalau ditelepon, pasti datang. Kadang juga ada dari satu teman ke teman lain yang mengabari."

Dwija bercerita bahwa dalam berbagai kegiatan pihaknya sering memasang banner perusahaan di Bali.

"Siapa tahu mereka mau sponsori. Kami tetap berharap punya pura. Kalau ada bantuan pemerintah Bali atau perusahaan swasta di Bali untuk bangun pura di sini sebagai donatur, kami sia. Kami akan bantu promosikan mereka. Untuk beli tanah, seluas sekitar 6 are paling murah sekitar Rp 2 miliar. Sementara khas kami baru ada sekitar Rp 120 juta," terang Dwija.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas