Masih Jadi Anak Tiri Meski Presiden Berganti Enam Kali
“Harga premium (bensin) di sini bisa mencapai Rp 10.000 sampai Rp 15.000,” ujar Syamsul.
Tak jauh dari pulau-pulau mereka, sebenarnya terdapat dan Pulau Kangean, ladang minyak dan gas yang sudah dieksploitasi.
Masyarakat di sana hanya bisa bermimpi untuk menikmati BBM sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah.
Ketika BBM langka, pulau-pulau di Sumenep pun gelap gulita. Kondisi paling parah terjadi pertengahan 2013.
Kelangkaan terjadi berbulan-bulan, hingga roda kehidupan hampir berhenti total. Semua kampung di kepulauan gelap gulita berbulan-bulan karena diesel penggerak listrik kehabisan BBM.
Perahu nelayan mangkrak, mesin tak punya ‘minuman’. Warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan mendadak menjadi pengangguran.
Kendaraan dan transportasi darat juga turut tidak bisa bergerak. Walhasil, aktivitas sekolah dan kantor pemerintah terganggu.
Murid dan guru banyak tidak bisa sampai ke sekolah. Begitu juga pegawai pemerintah, terpaksa balik pulang lantaran tidak ada kendaraan yang bisa mengantar ke tempat kerja.
Kelangkaan BBM itu, bisa akan semakin berat saat cuaca buruk menerjang pulau.
“Lalu lintas barang dari daratan ke kepulauan dan sebaliknya terganggu. Barang kebutuhan pokok dari daratan tidak bisa masuk ke kepulauan. Kalau sudah begitu, harga pasti melambung. Masyarakat terpaksa membeli kebutuhan pokok dengan segala cara yang penting halal,” ungkapnya.
Saat ini, mereka hanya bisa menunggu sentuhan janji-janji dari presiden terpilih. (idl)