Mayang Mendadak Pendiam di Acara Pesta Ulang Tahun
Kami tanyain kok kamu nggak cantik lagi, dia cuma jawab ah gue mah udah cantik dari dulu. Yang jelas pendiam banget dia malam itu
Editor: Domu D. Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Pandangan Masturi (35) menerawang. Berusaha mengingat pesta ulang tahun yang ia hadiri di Denpasar, Bali, 18 Agustus 2014 lalu. Itu hari terakhir ia berjumpa Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27).
“Waktu itu ulang tahun kawan kami, Jihan, pas pesta, Ebi (panggilan akrab Febri) emang kelihatan pendiam. Kami tanyain kok kamu nggak cantik lagi, dia cuma jawab ah gue mah udah cantik dari dulu. Yang jelas pendiam banget dia malam itu,” kata Masturi ditemui di salon miliknya, Salon Turi di Gang Melati, Campang, Selasa (7/10/2014).
Malam itu pun, Febri ditemani oleh Marcus Volke, suaminya. Febri memakai weaerpack atau racing suit, yakni baju balap yang sering digunakan pebalap di arena lintasan. Pakaian Febri bermotif loreng hitam putih. Celananya juga bermotif senada.
Sedangkan Marcus memakai kaus putih bergambar siluet pohon kelapa dan pelangi. Ia mengenakan celana training warna abu-abu. Selama pesta, Marcus menemani Febri duduk di sofa, sambil sesekali menimpali obrolan teman-temannya.
Febri biasa dipanggil Ebret oleh rekan-rekannya sesama waria. Panggilan ini awalnya dari celetukan salah satu rekan yang mengenalnya dengan panggilan Ebi. Ia dikenal ramah dan ramai. “Ramai sih, tetapi kadang-kadang becandaannya suka ngeselin,” tutur Masturi.
Adapun Marcus, pria asal Australia, dikenal sebagai pribadi yang baik dan sopan. Ia bahkan hanya tertawa ketika Febri dibecandai oleh rekan-rekannya yang mengatakan bahwa Febri terlihat lebih kurus dari biasanya.
“Ebret kayak ngambek gitu. Kami bilang dia kurus, dia bantah, justru lebih gemuk. Bahkan dia bilang mau turunin lagi enam kilo (kilogram). Si Marcus-nya hanya ketawa. Dia ngomong sih, tapi saya nggak ngerti karena ngomongnya bahasa Inggris,” ujarnya.
Masturi mengaku malam itulah ia terakhir bertemu dengan Febri. Kabar kematian Febri juga ia baru ketahui setelah menerima BBM dan melihat Personal Messege akun BBM dari temannya yang berada di Bali.
Kawan lainnya, Uthe (40) mengaku kenal dengan Febri. Namun ia biasa memanggilnya Mayang. Menurutnya, Febri pernah mengajak Marcus ke Bandar Lampung dan mengenalkan kepada teman-temannya.
“Aku kenal sama Mayang. Dia pernah bawa dan ngenalin cowoknya yang orang Australia itu. Dua-duanya baik. Dulu Mayang sering main ke salon-salon temannya. Dia bukan orang salon. Tapi dia lebih senang ke modeling,” urainya.
Seperti Masturi, Uthe juga mengetahui kabar kematian Febri dari pesan-pesan BBM yang dikirimkan oleh teman-temannya. “Tega banget ya digituin (dimutilasi),” kata dia.
Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27) tewas diduga dibunuh Marcus Volke (28) di Brisbane, Australia. Setelah dibunuh, tubuh Mayang lantas dimutilasi. Sebagian potongan tubuhnya ditemukan polisi berada di dalam panci yang terletak di atas kompor.
Potongan tubuh Mayang dimasak Volke, yang adalah seorang laki-laki tukang masak di kapal pesiar. Mayang diduga dibunuh pada Sabtu (4/10/2014) sekitar pukul 21.00 waktu setempat.
Seusai memutilasi tubuh pacar sejenisnya itu, Volke ditemukan bunuh diri dengan luka sayatan di leher. Volke bunuh diri di apartemennya.
Mayang Prasetyo, warga negara Indonesia asal Lampung yang menjadi korban pembunuhan dan mutilasi di Brisbane, Australia, adalah seorang transgender. Dia menjalani operasi kelamin dari laki-laki menjadi perempuan di Thailand tahun 2009. Mayang dan Marcus Volke (28), kekasihnya, telah melangsungkan pernikahan di Denmark tahun 2013.
Kepolisian Australia menggerebek Volke setelah para tetangga melaporkan adanya bau tak sedap dari kediaman pria yang berprofesi sebagai juru masak. (tribun lampung/tpj)