Karni Terpukul Harga Karet Murah
"Kebutuhan sekarang serba mahal. Kalau harga karet segitu terus, kami mau makan apa?” keluh Karni kepada Tribun Jambi, Rabu (8/10/2014).
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muhlisin
TRIBUNNEWS.COM, MUARA TEBO - Berbilang bulan, petani di Kabupaten Tebo harus mengencangkan ikat pinggangnya. Mereka kesulitan ekonomi karena karet yang menjadi pemasukan mereka, harganya turun di pasaran.
Karni sangat merasakan harga karet yang membuat ekonomi keluarganya serba susah. Petani karet di Kecamatan Rimbo Ulu itu mengaku hanya bisa menjual karet hasil sadapannya di kisaran Rp 4 ribu per kilogram.
Menurutnya, harga ini sangat rendah dan tak sebanding dengan harga kebutuhan sehari-hari keluarganya. Bagi Karni dan petani lainnya, karet menjadi sumber penghidupannya selama ini.
"Kebutuhan sekarang serba mahal. Kalau harga karet segitu terus, kami mau makan apa?” keluh Karni kepada Tribun Jambi, Rabu (8/10/2014).
Karni mengaku terbuka peluang menjual karetnya dengan harga lebil mahal. Yakni sekitar Rp 7 ribu. Namun untuk mendapatkan harga cukup bagus, ia harus menjualnya di pasar lelang karet.
Sayangnya, pasar lelang karet tidak mesti ada setiap pekan di lingkungan rumahnya. Sementara untuk membiayai keluarganya, ia butuh dana mingguan. Mau tak mau ia harus menjual karetnya ke tengkulak dengan harga murah.
Kabid Perdagangan Dinas Koperindag Tebo, Dedi Susanto, tak dapat berkomentar banyak dengan kondisi harga karet yang murah. Ia mengklaim sudah memberikan pembinaan, pelatihan serta sosialisasi, tapi belum maksimal.
Menurut Dedi, banyak indikator yang menyebabkan harga karet tertekan. Di antaranya kadar karet Tebo yang rendah. Penyebab terbesar dari itu semua adalah kondisi ekonomi Eropa yang belum juga stabil.
Dedi ingin pada waktunya Diskoperindag Tebo bisa menampung seluruh karet dari petani di Tebo. "Tapi apakah bank bakal percaya sama kita? Terlebih rencana ini juga harus persetujuan dari bupati," imbuhnya.
Lagi-lagi tak sedikit kendalanya. Untuk bisa mewujudkan itu prosedur panjang harus dilalui Diskoperindag. Dedi tetap berusaha dengan mengusulkan keinginan tersebut ke bupati langsung.
Ia yakin jika ini terealisasi, tak ada lagi petani karet di Tebo yang mengeluhkan harga murah. Soalnya selisih harga yang diterima petani, selisihnya tak terlalu besar dengan harga dari perusahaan karet.
Dedi berjanji bakal memonitoring harga karet ke tingkat tengkulak, pasar lelang dan juga perusahaan karet. Ini dilakukan untuk mengantisipasi disparitas harga karet.