Saodah Terpaksa Tak Sekolah Jika Air Sungai Naik
Saodah dan teman-teman terpaksa tak menuntut ilmu jika air sungai naik. Mereka takut terseret air sungai. Mustahil mereka melewati jembatan gantung.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Heruputra
TRIBUNNEWS.COM, MERANGIN - Sekali pun nyawa taruhannya, sejumlah siswa SD di Desa Sungai Ulak, Kecamatan Nalo Nantan, harus melawan arus sungai untuk sampai sekolah. Keberanian mereka ciut takut terbawa ketika arus sungai naik.
"Kami terpaksa menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah setiap hari. Jembatan yang biasa kami gunakan rusak parah selama dua tahun ini," ujar Saodah, seorang murid SD di Desa Sungai Ulak, Kamis (9/10/2014).
Saodah dan teman-teman terpaksa tak menuntut ilmu jika air sungai naik. Mereka takut terseret air sungai. Mustahil mereka melewati jembatan gantung karena kayu penopangnya keropos.
Dua pekan lalu ada warga yang nekat menyebarangi jembatan. Kayu penopang tak kuat menahan beban akhirnya warga tadi jatuh ke sungai. Beruntung air sungai tidak tinggi dan warga tadi tak mengalami luka serius.
Jembatan gantung ketika masih berfungsi menjadi penghubung warga dua desa. Tak sedikit warga yang menunggai kendaraan roa dua lalu lalang di atasnya. Kini tak mungkin lagi dilintasi.
Bukan hanya rapuh, kondisi papan sebagai lantai jembatan sudah banyak yang patah. Hal ini membuat jembatan bolong, hanya tersisa beberapa papan rapuh.
Terkiat kondisi ini, dinas terkait belum bisa dikonfirmasi. Tribun Jambi berusaha mengonfirmasi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Merangin, Fajarman lewat nomor ponselnya tapi tak aktif.