Operasi Pasar Gas 3 Kilogram Disperindag Kurang Diminati Warga Batam
Operasi pasar LPG 3 kg yang dilakukan Dinas perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam kurang diminati
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Operasi pasar LPG 3 kg yang dilakukan Dinas perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam bersama Pertamina Kepri tidak terlalu diminati masyarakat, Selasa (21/10/2014).
Meski beredar informasi gas tiga kilogram langka di pasaran, ternyata tidak bertanding lurus dengan antusiasme warga membeli tabung gas bersubsidi tersebut melalui operasi pasar yang digelar di enam titik.
Kepala Bidang ESDM Disperindag Batam, Amirudin yang dihubungi Tribun Batam mengatakan bahwa tidak ada kelangkaan gas di tengah masyarakat. Bertambahnya jumlah pangkalan di Batam, membuat pihak agen terpaksa mengurangi sebagian jatah dari pangkalan-pangkalan lama.
"Macam mana dibilang langka, operasi pasar kami saja tidak terserap cepat. Tidak ada antusiasme warga mengejar gas itu. Kalau memang langka harusnya jam 12 tadi (kemarin,red) sudah habis dan kembali staf saya. Ini sudah jam 4 sore tak habis juga," tuturnya.
Ia kembali menegaskan tidak ada kelangkaan gas bersubsidi di tengah masyarakat. Pihaknya juga kerap melakukan pengawasan melalui pengaduan-pengaduan masyarakat dan hasil turun ke lapangan secara langsung.
"Tidak ada langka. Kalaupun ada, yang terjadi adalah pengurangan pasokan dari agen ke pangkalan-pangkalan lama. Paling satu pangkalan dikurangi 10 tabung, untuk diberikan ke pangkalan baru. Pangkalan-pangkalan baru inikan harus dikasih kuota juga, sementara agen tidak bisa langsung memenuhi semua permintaan pangkalan. Tahun ini saja ada 47 pangkalan baru yang dibuka sampai bulan ini," ucapnya.
Menurutnya, setiap pegawai Disperindag mendapatkan laporan warga tentang kelangkaan gas, tidak keseluruhannya benar. Ada juga pihak-pihak yang dengan sengaja memberikan informasi palsu.
"Kami kan selalu turun pengawasan ke lapangan. Kadang laporan itu ada juga yang tidak benar, tapi karena sakit hati tidak dapat kuota gas. Apalagi sejauh ini sanksi yang kami berikan juga tegas dan berjalan, masih ingat kasus yang menjual di atas HET, itu langsung kami kurangi kuotaya. Bahkan ada juga yang kami cabut izinnya kalau melanggar," kata dia.
Ia mengkhawatirkan jika informasi ini terus bergulir, akan membuat kepanikan masyarakat, dan menciptakan kelangkaan yang sesungguhnya.
"Nanti makin diberitakan, betul hilang dia. Masyarakat jadi takut, dan akhirnya menyimpan banyak-banyak untuk cadangan, melebihi dari yang mereka butuhkan," ujarnya.
Amirudin menyatakan pengawasan yang dilakukan oleh Disperindag serta sanksi yang diberikan kepada pangkalan nakal sudah tegas.
"Dulu sempat didata ada 1.400 pangkalan, setelah kami turun ke lapangan dan mendata ulang rupanya banyak pangkalan-pangkalan liar. Langsung kami tertibkan, dampaknya sekarang pangkalan yang resmi tinggal 1.036 pangkalan," tutur Amirudin.
Amir mengatakan saat ini pihaknya juga sedang merancang sebuah sistem untuk mengunci pendistribusian gas tiga kilogram kepada masyarakat yang benar-benar berhak mendapatkannya.
"Kami lagi menjajaki dengan indosat, bagaimana buat sistem untuk mengunci ini. Kami sedang cari metode supaya masyarakat tidak keluar biaya untuk didaftarkan dalam sistem itu nantinya. Dan sistem bagaimana kami bisa mendapatkan data termasuk record-record pangkalan baru dengan efisien," kata dia.