Rajin Bujuk Veteran Hibahkan Benda Sisa Perang
”Perawatan ini bisa berkala dan bisa insidentil. Tergantung barangnya apa. Kalau merawat koleksi-koleksi berupa kertas dokumen, tentu saja intensitasn
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Suara pidato Bung Tomo cukup kencang terdengar dari sebuah pengeras suara, saat dua pengunjung Museum Tugu Pahlawan dan Sepuluh Nopember asyik mengamati diorama sejumlah pejuang kemerdekaan Surabaya, Kamis (4/11/2014) siang.
Mereka adalah pasutri asal Solo, yang mampir di museum kebanggaan warga Jatim itu bersama anak perempuannya yang masih balita. (Baca;Lagi, Anak Muda Gandrungi Museum )
Suara keras Bung Tomo tak mampu membangunkan bayi yang terlelap tidur di gendongan ibunya, Ny Rahmita.
”Ini baru pertama kalinya kami ke sini. Kebetulan sedang ada urusan pekerjaan sama suami, jadi mampir sebentar mumpung sempat. Panas-panas begini kalau mau ke bonbin (Kebun Binatang Surabaya) juga tidak enak. Jadi ke sini saja,” kata Ny Rahmita.
Sang suami, Angga, hanya mengangguk, tanda setuju dengan jawaban sang istri.
Suara pidato berapi-api itu muncul setelah Angga memencet tombol di diorama Bung Tomo.
Angga heran, suara kencang itu tak mampu membangunkan putrinya. Padahal niatnya datang ke tempat itu, adalah sekaligus untuk memperkenalkan secara dini kepada anaknya tentang museum.
Perangkat audio hanyalah salah satu keunggulan layanan andalan UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 Nopember.
Dibandingkan beberapa museum pelat merah lainnya di Jatim, museum menjadi hidup itu memang terbilang langka.
Bukan karena sulitnya membuat, namun karena terbatasnya dokumentasi audio dari masa lalu yang bisa diselamatkan dan dipakai pada diorama yang sesuai.
Namun, itu pun bukan satu-satunya keunggulan museum milik Pemkot Surabaya itu.
Dua eskalator dan lift yang menghubungkan lantai dasar dengan dua lantai di atasnya, menjadi keunggulan pula.
Setidaknya fasilitas seperti itu tidak mudah ditemukan di museum-museum lain, khususnya di Jatim.
M T Agustiono, Kepala Sub Unit Konservasi dan Preparasi UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 Nopember mengatakan, museum yang dikelolanya memiliki sekitar 141 koleksi, lebih banyak dibandingkan koleksi yang pertama kali mereka pajang di awal berdirinya museum, yakni sebanyak 112 koleksi.
Penambahan koleksi ini terjadi karena adanya hibah dari sejumlah veteran maupun keluarga veteran yang merasa bahwa barang-barang yang ada pada mereka, yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan di masa lalu, harus disaksikan dan dikenal orang lain sebagai pengingat.
Sebagian besar koleksi yang berasal dari hibah, adalah barang-barang seperti senjata, pakaian militer, dan berbagai dokumen serta pernak-pernik perang lainnya.
Koleksi-koleksi ini terawat cukup baik. Tak hanya terus menerus disimpan dalam sebuah kotak kaca, koleksi-koleksi itu juga secara rutin dikeluarkan untuk dibersihkan. Yang rusak, sebisa mungkin untuk diperbaiki.
”Perawatan ini bisa berkala dan bisa insidentil. Tergantung barangnya apa. Kalau merawat koleksi-koleksi berupa kertas dokumen, tentu saja intensitasnya berbeda dengan merawat senjata,” ujar Agus, sapaan akrab Agustiono. (ben)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.