Anak Saya Nggak Genit
Jumineng, mengaku mendengar selentingan bahwa di Hongkong, Seneng Mujiasih anaknya, bekerja sebagai pekerja seks komersil (PSK).
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
Ia pun tidak bisa memperkirakan penyebab Rurik yang berkewarganegaraan Inggris itu tega membunuh anaknya dan Sumarti Ningsih, TKI asal Cilacap.
"Saya nggak tahu apa penyebabnya. Apakah mereka pacaran? Saya juga tidak tahu," ujarnya.
Kekhawatiran Rurik Jutting bisa lolos dari penjara juga disampaikan istri Mujiharjo, Jumineng. "Yang saya herankan, kok korbannya sampai dua orang. Kalau bisa, dia dihukum mati saja. Kalau nggak hukuman yang paling tinggi. Kalau dia berkeliaran lagi, nanti dia bunuh orang lagi," kata Jumineng.
Menurut Jumineng, pelaku layak dihukum mati karena 'mengambil nyawa' anaknya dengan kejam.
"Padahal, rencananya saya mau ajak Seneng ini untuk pulang ke kampung halaman saya di Sleman untuk ketemu sama neneknya, ibu saya. Karena sejak si Seneng lahir di sini, dia belum pernah ke kampung saya di Jawa. Dia pernah bilang mau pulang Lebaran Haji kemarin, tapi nggak jadi. Tahu-tahu sekarang dia sudah nggak ada," ucap Jumineng dengan menitikkan air mata.
Mujiharjo dan istrinya, Jumineng, menetap di Muna Barat sejak tahun 1983. Sebelumnya mereka adalah warga Sleman, DI Yogyakarta. Mujiharjo hijrah ke Muna karena ikut program transmigrasi.
Selama puluhan tahun, Mujiharjo hidup dalam kondisi pas-pasan. Ekonomi keluarga itu mulai membaik setelah Seneng menjadi TKW di Hongkong pada tahun 2007.