Dokter Ini Pernah Dibayar Buah Rambutan dan Langsat
''Banyak pasien yang datang tidak memiliki uang, mereka biasanya menukar dengan buah seperti buah rambutan dan langsat," cerita Sutjipto.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Manado, Ferdinand Ranti
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ungkapan dokter makin materialistis dan hanya memperbesar untung tak selamanya benar. Buktinya, dokter Sutjipto tetap ramah memberikan pengobatan terbaik di kliniknya yang terletak di Jalan AA Maramis, Kairagi, Manado, dengan biaya murah.
Untuk sampai ke klinik dokter Sutjipto, si pasien harus melalui jalan berlubang. Namun, tak menyurutkan pasien yang datang berobat. Setiap harinya, puluhan pasien dari segala usia, rela mengantre untuk mendapatkan pengobatan sang dokter yang telah berusia senja itu.
Bukan saja orang yang tidak mampu berharap dari pelayanan si dokter. Pasien yang memiliki mobil pun berobat kepadanya. Di depan kliniknya, tampak puluhan sepeda motor dan mobil pasien terparkir. Nining salah satu yang menggunakan jasa sang dokter untuk mengobatinya.
"Saya kalau sakit selalu ke sini karena tidak mengeluarkan uang banyak. Orang dewasa hanya mengeluarkan uang Rp 35 ribu sudah mendapatkan obat," ujar Nining kepada Tribun Manado, Rabu (12/11/2014), saat sedang menunggu antrean.
Begitu juga dengan Andre Rondonuwu. Warga Mapanget itu mengaku ia sudah jadi pasien langganan dokter Sutjipto. Sejak masih sekolah hingga memiliki anak, Andre memeriksakan diri atau keluarganya yang sakit selalu kepada dokter Sutjipto. "Kita cocok dengan obat yang diberikan dokter," terangnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi itu, pensiun dari PNS sejak 2005. Pada 2009, ia membuka klinik pribadinya. Ia mengaku membuka klinik tak lebih untuk menolong orang sakit, bukan mencari harta kekayaan. "Kalau pasien sembuh saya bersyukur dan senang, '' kata Sutjipto.
Suka dan duka sudah banyak dialami Sutjipto. Tidak semua pasien yang datang memiliki uang. ''Banyak pasien yang datang tidak memiliki uang, mereka biasanya menukar dengan buah seperti buah rambutan dan langsat," cerita Sutjipto.
Ia mengenakan tarif kepada pasiennya plus obat Rp 20 ribu untuk anak-anak dan Rp 35 sampai Rp 40 ribu untuk pasien dewasa. Dulu, ia memiliki seorang suster, tapi kini sudah tidak lagi karena sudah diangkat sebagai pegawai pemerintahan. Istri Sutjipto kini yang menemani membantunya di klinik.
"Saya senang melayani pasien. Sekarang istri juga biasanya membantu di klinik. Motivasi hanya membantu masyarakat yang sakit," ujar ayah dua anak ini. Praktik buka kliniknya berlangsung pada jam kerja dari pukul 07.00 Wita sampai 10.00 Wita dan pukul 16.00 Wita sampai 20.00 Wita.