Air Lumpur Lapindo Mulai Genangi Desa Gempolsari
"Jaraknya sama tanggul sekitar 800 meter, apalagi hujan. Khawatir tanggul jebol dan bisa mengarah ke rumah kami " katanya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Anas Miftakhudin
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Air bercampur lumpur Lapindo mulai menggenangi lantai sejumlah rumah yang berdekatan dengan tanggul penahan lumpur Lapindo di Desa Gempolsari RT 10 RW 2, Kecamatan Tanggulangin, Jumat (5/12/2014) sekitar pukul 16.00 WIB.
Air naik karena hujan mengguyur mulai pagi hingga kini. Ditambah lagi dengan adanya aliran lumpur yang mengarah ke rumah warga akibat tanggul yang jebol di titik 73 B belum diperbaiki sepenuhnya oleh Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).
Pantauan di lapangan, 13 dari 20 rumah sudah terendam banjir air bercampur lumpur. Warga yang rumahnya terkena banjir mulai memasang pembatas yang terbuat dari kayu agar air tidak masuk sampai rumah.
Sulastri, 35, salah satu warga yang rumahnya terendam banjir, bersama warga lainnya bingung dengan kondisi saat ini. Intensitas hujan yang lama akan merendam rumahnya. Ditambah potensi jebolnya tanggul penanahan lumpur seperti di titik 73 B.
"Jaraknya sama tanggul sekitar 800 meter, apalagi hujan. Khawatir tanggul jebol dan bisa mengarah ke rumah kami " katanya.
Saat ini pemerintah belum berbuat signifikan pada korban lumpur seperti di Desa Gempolsari. Ia berharap pemerintah melalui perwakilan BPBD mendatangi warga dan menawarkan pengungsian sementara. "Saat ini belum ada tawaran," tutur Sulastri.
Apakah warga Gempolsari yang terdampak banjir air dan lumpur mau direlokasi? Sulastri tidak langsung mengiyakan. Ia bersama warga lainnya harus mengerti dulu di mana tempat pengungsian dan kelayakannya.
"Kalau sekadar diungsikan di tempat aman dan tidak ada jaminan kehidupannya, buat apa pindah," tuturnya.
Hingga pukul 18.00 WIB, daerah Desa Gempolsari masih diguyur hujan dengan inrensitas sedang dan banjir sudah mencapai mata kaki orang dewasa.
Sulastri bersama warga lainnya makin merana karena selama ini belum mendapatkan ganti rugi dari Lapindo. Padahal Sulastri dan tetangga lainnya masuk di wilayah peta area terdampak.
Sementara Kali Ketapang sudah terlihat penuh hingga mencapai bibir. Air yang mengalir di Kali Ketapang bukan hanya dari bocoran tanggul lumpur, tetapi juga dari wilayah lain seperti Tulangan dan Wonoayu. Dikhawatirkan buangan air di sungai akan menggenangi wilayah sekitar.
Humas BPLS Sidoarjo Dwinanto Prasetyo, menjelaskan BPLS tidak bisa berbuat banyak atas jebolnya tanggul di titik 73B. "Kami hanya bisa mengalirkan air dan lumpur ke Kali Porong," terangnya.