Monumen Patung Kuda Nyi Ageng Serang Jadi Landmark Kulonprogo
"Patung akan kelihatan di tengah persimpangan, sehingga menjadi penanda kota Wates," katanya.
TRIBUNNEWS.COM,KULONPROGO - Monumen patung Kuda Nyi Ageng Serang selama ini menjadi simbol dan kebanggan warga Kulonprogo.
Patung kuda dengan penunggangnya, Nyi Ageng Serang, di persimpangan Karangnongko Kota Wates, yang semula berwarna gelap, kini berubah warna menjadi putih.
Hal itu seiring dengan proses revitalisasi yang dilakukan Pemkab Kulonprogo.
Tidak hanya mengubah warnanya, proyek senilai Rp 700 juta itu juga membuat bahan dasar patung jauh berbeda dari patung sebelumnya.
Jika semula patung kuda dengan penunggangnya Nyi Ageng Serang berbahan semen, pasir dan rangkaian besi, kini rekanan penggarap menggantinya dengan fiber dan tulang beton.
Kabid Cipta Karya DPU Kulonprogo, Zahram Asurawan, Selasa (16/12), mengatakan, revitalisasi monumen patung kuda Nyi Ageng Serang tersebut bagian dari penataan Kota Wates.
Penggantian dilakukan dengan pertimbangan patung lama telah uzur usianya.
"Usia patung lama sudah 20 tahun lebih. Kondisinya sudah mulai mudah pecah, kudanya tidak bisa apa-apa lagi jadi diganti. Harapannya bisa menjadi landmarknya Kulonprogo," kata Zahram.
Menurutnya, bobot patung baru jauh lebih ringan. Jika semula mencapai tujuh ton, patung replika yang kini dipasang hanya dua ton.
Patung tersebut ditempatkan di monumen setinggi lebih kurang delapan meter. Dari bawah, patung tersebut terlihat begitu kecil.
Hal itu tidak menjadi masalah. Perubahan itu, menurutnya, tidak lain agar Kota Wates lebih dikenal pendatang. Secara keseluruhan, revitalisasi monumen itu nantinya akan diikuti dengan pelebaran jalan nasional.
"Patung akan kelihatan di tengah persimpangan, sehingga menjadi penanda kota Wates," katanya.
Target penyelesaian monumen itu kini tinggal beberapa hari, yaitu pada 23 Desember. Namun, menurutnya, pencapaiannya sudah 98 persen.
Dia optimistis, meski waktu mepet, patung replika Nyi Ageng Serang akan selesai pada waktunya.
Penanggungjawab Proyek dari CV PB Puriwangi, Dono Sugestiaji, mengakui, karena berbagai pertimbangan, terutama usia dan berat patung lama, akhirnya diputuskan untuk mengganti dengan yang baru.
"Kami tidak bisa paksakan. Patung lama dengan bobot seberat itu sangat berisiko saat pemindahan," katanya.