Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ibu Dua Anak Jadi Tukang Parkir untuk Biayai Anak Kuliah

“Awalnya memang diajarin, setelah itu saya akhirnya bisa,” katanya tersipu malu.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ibu Dua Anak Jadi Tukang Parkir untuk Biayai Anak Kuliah
Tribun Bali
Ketut Nuriadi menerima uang parkir dari pengendara mobil, Minggu (21/12/2014). 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR- Tak banyak perempuan mau menjalani pekerjaan sebagai juru parkir. Namun tak begitu dengan Ketut Nuriadi. Ibu dua anak ini rela menjalani pekerjaan itu demi menyambung hidup.

Saat ditemui Tribun Bali, Minggu (21/12), Nuriadi sedang sibuk mengatur parkir sebuah mobil mewah jenis Alphard di Jalan Diponegoro, Denpasar. “Terus, terus, kiri, kiri, ok,” ujarnya dengan sigap saat mengarahkan pengendara mobil mewah itu.

Tak nampak sedikitpun kecanggungan di raut wajahnya, saat mengatur lalu lintas ketika ada kendaraan yang hendak parkir atau keluar dari depan toko Rini dan daerah sekitarnya.

“Kebetulan wilayah saya di RS Kasih Ibu Dalung, di sini (Diponegoro) kalau pas libur atau ada waktu senggang saja,” ujarnya usai mengambil uang parkir Rp 1.000 dari seorang pengendara motor.

Nuriadi bercerita bagaiman awalnya memberanikan diri terjun menjadi tukang parkir.

“Saya mulai kerja jadi tukang parkir, sejak 3 tahun yang lalu karena ajakan teman yang sudah lama jadi tukang parkir.”

Awalnya ia menjaga parkir, di seputaran wilayah Diponegoro, khususnya di depan Toko Rini. Namun akhirnya, lahan tetap yang dijaga parkirnya adalah wilayah di RS Kasih Ibu, Dalung, Denpasar.

Berita Rekomendasi

Sejak tahun 2011, setiap hari Senin sampai Sabtu, pada pukul 09.00 Wita sampai 21.00 Wita, ia bertugas menjaga parkir di sana dan berangkat sendiri dari rumah di Sempidi.

Sisanya, jika ada waktu luang dan di kala liburan, Nuriadi mengisinya dengan menjaga parkir di Jalan Diponegoro. “Kalau libur baru ke sini dan jaga di sini,” kata wanita asal Banjar Ubung, Sempidi, Badung ini.

Ibu dua anak ini, memberanikan diri sebagai tukang parkir, semata – mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Ya biar ada uang beras aja,” ujarnya kemudian tersenyum.

Sementara anak pertamanya, sudah bekerja sebagai satpam dan anak keduanya masih kuliah.

“Anak saya keduanya sudah menikah, suami sudah tidak ada sejak 10 tahun lalu,” ujarnya perlahan.

Awal menjadi tukang parkir, jelas tak mudah baginya. Bahkan untuk meniup pluit saja, ia harus belajar dengan baik. “Awalnya memang diajarin, setelah itu saya akhirnya bisa,” katanya tersipu malu.

“Kalau dukanya, paling ketika hujan lebat, panas terik, saya harus tetap bekerja untuk kejar setoran,” tandasnya.

Sebab saat musim hujan, ia agak kesulitan mendapatkan uang setoran parkir karena jumlah kendaraan yang keluar rumah minim. Setoran untuk menjaga parkir di wilayah Diponegoro utara, sebesar Rp 115 ribu per minggu, sementara untuk wilayah RS Kasih Ibu, Dalung, ia harus bisa menyetorkan Rp 300 ribu seminggu.

“Kalau setoran di RS Kasih Ibu saya dipatok sekitar Rp 50 ribu per hari, sisa dari setoran baru saya dapat,” katanya seraya mengatakan bayarannya per minggu.

“Kadang sepi juga, kadang ada yang tak punya uang kecil, ya sudahlah mau bagaimana lagi,” katanya memelas. Ia diupah per minggu, dengan nilai sesuai setoran yang tak menentu. Rata-rata Rp 300-Rp 350 ribu per minggu.

Penulis: AA Seri Kusniarti

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas