Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Proses Rebranding Yogyakarta Diharapkan Jadi Gerakan Budaya

Proses rebranding atau pencitraan kembali Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan menjadi sebuah gerakan budaya yang melibatkan masyarakat luas.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Proses Rebranding Yogyakarta Diharapkan Jadi Gerakan Budaya
NET
Salah Satu Logo Baru Jogja yang Diusulkan Warga 

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Proses rebranding atau pencitraan kembali Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan menjadi sebuah gerakan budaya yang melibatkan masyarakat luas.

Dengan demikian, rebranding ini tak hanya menghasilkan logo dan slogan baru, tetapi juga sosialisasi nilai dan semangat baru kepada warga DIY.

”Branding baru Yogyakarta itu nantinya harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Jumat (9/1/2015), di Yogyakarta.

Seperti diberitakan, Pemerintah Daerah DIY berencana mengganti branding ”Jogja Never Ending Asia” yang dipakai sejak tahun 2001. Proses rebranding itu awalnya dilakukan bersama perusahaan pemasaran Markplus Inc yang dipimpin Hermawan Kartajaya.

Namun, logo yang dihasilkan ternyata dikritik banyak pihak. Sejumlah pengguna media sosial bahkan mempelesetkan tulisan Jogja dalam logo itu menjadi Togua.

Pemda DIY akhirnya membentuk Tim Sebelas yang beranggotakan tokoh masyarakat, pekerja kreatif, dan akademisi di Yogyakarta.

Tim itu mulai bekerja sejak pertengahan November 2014 dengan menyelenggarakan penjaringan usulan logo dan slogan secara online melalui laman http://urunrembugjogja. com. Penjaringan ide itu ditutup pada 31 Desember 2014.

Berita Rekomendasi

Koordinator Tim Sebelas, Herry Zudianto, mengatakan, partisipasi masyarakat dalam proses rebranding Yogyakarta sangat bagus.

Hal itu terlihat dari banyaknya usulan logo dan slogan yang mencapai 2.000 buah. Tim Sebelas akan memilih 10 usulan logo untuk diserahkan kepada Gubernur DIY.

Herry mengatakan, logo dan slogan baru Yogyakarta dibuat berdasarkan sabda tama atau amanat Sultan Hamengku Buwono X selaku Raja Kesultanan Yogyakarta yang disampaikan pada 10 Mei 2012.

Acuan lain adalah visi dan misi Sultan sebagai Gubernur DIY yang kerap disebut dengan istilah ”Jogja Renaissance”.

”Logo dan slogan baru itu tidak hanya berfungsi untuk memasarkan pariwisata DIY, tetapi juga menjadi simbol bagi perubahan Yogyakarta ke depan,” katanya.

Sesudah branding baru Yogyakarta diputuskan, kata Hery, Pemda DIY diharapkan membuat program untuk menanamkan filosofi logo dan slogan baru itu ke masyarakat.

”Dengan begitu, semangat branding baru itu bisa diinternalisasi oleh setiap warga Yogyakarta dan melahirkan gerakan budaya dalam berbagai bidang,” ujarnya. (Kompas.com/ HRS)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas