Di Berau, Batu Karang pun Berharga Jutaan Rupiah
Sarwani tidak bekerja sendiri, bersama pemilik bengkel bernama Syarifudin dia mengolah bongkahan batu menjadi batu akik
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.BERAU- Malam sudah larut, namun suasana di Gang Tarap, Jalan Bujangga, Kabupaten Berau malam Minggu (7/2/2015) kemarin masih saja diramaikan oleh sekelompok pemuda. Mereka terlihat bercengkerama diterangi sebuah lampu TL 18 watt. Malam itu Sarwani bersama beberapa rekan kerjanya tengah menggosok batu, ya batu akik sekarang ini memang sangat digandrungi oleh masyarakat, terutama kaum adam.
Sehari-hari Sarwani bekerja sebagai mekanik di bengkel yang setiap malam berubah menjadi tempat kerajinan batu akik. Alat-alat yang digunakan pun sebenarnya mesin bubut yang biasa digunakan sebagai peralatan bengkel sepeda motor.
Dengan modifikasi yang sedehana, Sarwani dan rekan-rekannya merekatkan kertas amplas pada mesin bubut dengan double tape, jadilah mesin untuk mengasah dan memotong bongkahan batu. “Sudah sebulan ini kami nyambi menggosok batu akik,” kata Sarwani saat disambangi Tribunkaltim.co.
Cara kerjanya pun terbilang sederhana, bongkahan batu besar terlebih dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil. Setelah batu di potong, mereka mengamati batu tersebut untuk menilai apakah batu itu layak untuk dijadikan batu akik atau tidak.
“Ya memang begitu caranya, kita membeli batu dalam bentuk bongkahan, tidak tahu apakah ada yang bagus atau tidak di dalamnya. Kecuali untuk batu-batu tertentu yang sudah terlihat bagus dari luarnya,” ungkap Sarwani.
Sarwani tidak bekerja sendiri, bersama pemilik bengkel bernama Syarifudin dia mengolah bongkahan batu menjadi batu akik yang punya nilai jual tinggi, seperti batu fosil, junjung derajat, kecubung, bacan, ruby, safir, batu teratai, hingga batu berwarna biru mengilap sehingga diberi nama blue marine.
Syarifudin membeli batu-batu itu dari orang-orang yang datang ke rumahnya. “Mereka datang sendiri, ada yang menjual bongkahan batu, ada juga yang minta dipotongkan saja,” kata Syarifudin menimpali. Sekilas, bongkahan batu yang dikumpulkannya di samping rumah terlihat seperti batu-batu biasa, tak menarik.