Dilarang Keras Mabuk Minuman Keras Kala Mengarak Ogoh-ogoh
"Karena kalau mabuk tidak bisa jalan Ogoh-ogohnya. Selesai mengarak Ogoh-ogoh anak-anak juga capek dan tidak bisa minum," ungkapnya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Bali, Lugas Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Sejumlah pemuda dari kelompok Pemuda Tidur Larut Malam (Peti Lama) Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng membuat ogoh-ogoh di depan sebuah rumah. Ogoh-ogoh berbahan sterofom berangka besi ini, berbentuk seorang pria menunggangi kuda dan menarik busur panah di hadapan kala (raksasa).
"Kami mengambil tema seorang petapa yang diganggu oleh Bhuta Kala, hingga dia bangun dan mengambil panahnya untuk ditancapkan di tubuh Kala itu dan dibakar," ujar koordinator lapangan Peti Lama, Made Budiada, Minggu (15/3/2015).
Budiada menambahkan, pengerjaan Ogoh-ogoh ini telah berlangsung selama sebulan dan menghabiskan Rp 12 juta. Ogoh-ogoh ini rencananya diarak saat malam pengerupukan, perayaan hari raya suci Nyepi Tahun Baru Caka 1937.
Namun, ia menegaskan saat malam pengerepukan tidak ada acara minum minuman keras. Menurutnya, anggota tidak akan bisa mengarak Ogoh-ogoh dalam kondisi mabuk.
"Pengerupukan tidak ada acara minum-minum. Karena kalau mabuk tidak bisa jalan Ogoh-ogohnya. Selesai mengarak Ogoh-ogoh anak-anak juga capek dan tidak bisa minum," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolres Buleleng AKBP Kurniadi berharap peserta pawai Ogoh-ogoh di malam pengerepukan tidak mengkonsumi minuman keras. Mengingat, hal itu dapat memicu konflik antarsesama peserta pawai.
Kurniadi mengatakan, tanggung jawab pengamanan pawai Ogoh-ogoh akan diserahkan penuh kepada pecalang dan aparat desa dan kelurahan.
"Kami akan bekerjasama dengan aparatur desa dan pecalang dalam pengamanan pawai Ogoh-ogoh. Mereka kami berikan kepercayaan menjaga masing-masing wilayahnya. Sedangkan kami akan tempatkan anggota di tiap perbatasan desa," sambung Kurniadi.