Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelukis Menikah Mas Kawinnya Seperangkat Alat Lukis, Kuas dan Cat Minyak

"Seperangkat alat lukis yang saya berikan pada istri saya adalah ungkapan bahwa dunia itu indah. Seindah lukisan."

Editor: Y Gustaman
zoom-in Pelukis Menikah Mas Kawinnya Seperangkat Alat Lukis, Kuas dan Cat Minyak
Tribun Jogja/Agung Ismiyanto
Salah satu prosesi perkawinan seniman lukis, Wawan Geni dan Putri di Museum H Widayat, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Minggu (8/3/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Agung Ismianto

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Seorang seniman tak bakal kerepotan memberikan mas kawin untuk orang yang akan dinikahinya. Untung Yuli Prasetyawan (33) misalnya. Seniman asal Magelang itu menyerahkan seperangkat alat lukis kuas, kanvas dan kaleng cat minyak untuk mempelai wanita.

Untung Yuli akrab disapa Wawan Geni dan dikenal sebagai pelukis yang menggunakan media obat nyamuk bakar dan rokok itu, mengemas unik pernikahannya di Museum H Widayat, Mungkid, Kabupaten Magelang, Minggu (15/3/2015).

Wawan mengajak istrinya Swasti Handayani Putri (32), warga Ngaran, Kecamatan Borobudur, serta orangtua masing-masing mempelai, melukis di atas kanvas. Sebelumnya, ia memberikan seperangkat alat lukis, berupa kuas, kanvas berukuran 1,5 meter x 1,5 meter dan dua kaleng cat minyak.

“Seperangkat alat lukis yang saya berikan pada istri saya adalah ungkapan bahwa dunia itu indah. Seindah lukisan. Itu juga merupakan ciri khas saya sebagi seorang pelukis,” papar Wawan yang mengaku sudah lama mempersiapkan pernikahannya itu.

Setelah memberikan seperangkat alat lukis itu, Wawan mengajak istrinya melukis di atas kain kanvas dengan diiringi alunan lagu “When I Fall In Love” dari permainan saxophone.

Meski seniman, Wawan tetap menjalankan nikah sesuai pakem adat, misalnya melempar daun sirih dan pecah telur. Uniknya, hal itu tak hanya dilakukan kedua mempelai. Kali ini kedua orangtua mempelai dipersilakan melempar telur berisi cat warna ke kain kanvas.

Berita Rekomendasi

“Saya tidak menyangka, nervous, dan senang bisa melangsungkan pernikahan dengan cara yang unik. Mewakili jati diri saya sebagai pelukis,” ungkap Wawan di sela prosesi pernikahannya.

Ketika datang ke lokasi pesta pernikahan, suara tabuhan rebana dan alat musik tradisional mengalun di halaman Museum H Widayat. Sejumlah orang berlumuran tanah berwarna coklat, mengiringi kedua pengantin yang berbalut pakaian adat Jawa.

Dua mempelai bukan menggunakan kuda ataupun mobil mewah. Mereka diarak menggunakan singasana yang terbuat dari dedaunan kering di antaranya jerami, daun kelapa, anyaman daun kelapa, dan kulit jagung.

Wawan Geni dan Putri nampak terus tersenyum saat diarak berkeliling tugu patung Soekarno-Hatta, yang merupakan jalan masuk menuju Candi Borobudur, dari pusat Kota Mungkid.

Kirab dan arak-arakan itu, tentu saja mengalihkan perhatian warga dan pengguna jalan. Beberapa di antara mereka dan para tamu kemudian mengambil ponsel dan mengabadikan momen istimewa itu.

Wawan mengatakan prosesi menggunakan performance art dari Komunitas Seni Borobudur Indonesia (KSBI) merupakan hal paling mengejutkannya. Dia mengaku bahagia bercampur haru dengan adanya keterlibatan seniman lukis dalam pernikahannya. 

Umar Chusaeni, Koordinator KSBI menjelaskan, dari prosesi pernikahan Wawan Geni dan Putri, dia menangkap bahwa Wawan ingin menunjukkan pernikahan sebagai contoh dan pesan dalam kehidupan, dan bukan bersifat seremonial biasa.

“Unsur yang dipakai Wawan dalam prosesi pernikahan itu juga sangat membumi dan menyatu dengan alam. Seperti menggunakan media tanah, itu merupakan tanah dari Borobudur. Dan beberapa hal lainnya yang cenderung coklat dan gelap,” ujar Umar.

Dia mengatakan, perkawinan itu dikemas dengan menarik. Sebab, sebagai seniman, kata Umar, harus melakukan hal yang berbeda dan kreatif. Namun, tidak meninggalkan pakem dan tradisi Jawa yang sudah ada.

“Jadi prosesi adat tetap dilakukan, namun ada tambahan kreativitas. Misalnya, dari bentuk tambahan dekorasi, performing art, perpaduan musik kontemporer dan islami,” tutup Umar.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas