Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenalkan Kekayaan Kotagede Lewat Jagalan Tlisih

Selain Masjid Gede Mataram dan kompleks Makam Penambahan Senopati, Kotagede masih menyimpan banyak warisan pusaka.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Mengenalkan Kekayaan Kotagede Lewat Jagalan Tlisih
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Sejumlah peserta Jagalan Tlisih saat mengunjungi beberapa sudut Desa Jagalan, Kotagede, Minggu (29/3/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Kotagede, wilayah yang diyakini sebagai daerah cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam memiliki banyak peninggalan bersejarah. Selain Masjid Gede Mataram dan kompleks Makam Penambahan Senopati yang telah lama dikenal masyarakat, Kotagede masih menyimpan banyak warisan pusaka.

Satu di antaranya di bidang arsitektur dan pola pemukiman yang ada di sekitar wilayah Kotagede. Jagalan adalah sebuah kampung yang secara administratif masuk Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul tersebut adalah kawasan yang dianggap mewakili kekayaan Kotagede.

Berangkat dari hal tersebut Arsitek Komunitas (Arkom) Yogyakarta bekerjasama dengan Karang Taruna Jagalan, didukung oleh AirAsia Foundation melakukan pemetaan dengan cara mengumpulkan informasi geografis dan demografis yang terkait daerah dan penduduk setempat.

Hasil pemetaan tersebut kemudian dijadikan acuan untuk meluncurkan sebuah konsep wisata minat khusus bernama "Jagalan Tlisih Telusur Kampung Pusaka". Wisata tersebut memilki konsep untuk melihat secara lebih dekat kekayaan Desa Jagalan dengan cara berjalan kaki menyusuri gang-gang sempit yang dimilikinya.

Koordinator Arkom Yogyakarta, Yuli Kuswara mengatakan, dari kegiatan pemetaan yang berlangsung selama enam bulan dirinya menemukan banyak sekali pusaka khas Jagalan.

"Kami banyak sekali menemukan pusaka dan beberapa diantaranya mulai hilang. Dari kekayaan arsitektur, kami menemukan lima jenis bangunan rumah, yakni Limasan, Joglo, Jengki, Indische, dan Kalang," ujarnya di sela-sela acara peluncuran Jagalan Tlisih di halaman Masjid Gede Mataram Kotagede, Minggu (29/3/2015).

Berita Rekomendasi

Di wilayah Desa yang memiliki dua padukuhan, lima RW, dan 25 RT tersebut, Yuli menemukan sekitar 300 bangunan rumah kuno dengan berbagai macam kondisi. Sebagian ada yang telah rusak, dan sebagian masih terawat dengan baik. Dikatakannya dari jumlah sekitar 300 tersebut 30 persen diantaranya dalam keadaan cukup baik.

Latar belakang masyarakat Jagalan yang pada zaman dahulu adalah masyarakat kaya, menjadikan struktur perkampungan Jagalan unik. Jika dilihat dari luar, bentuk rumah di Jagalan tidak bisa dilihat karena dikelilingi tembok tinggi. Hal tersebut untuk menghindari orang yang memiliki niat jahat masuk kedalam rumah.

Tetapi saat masuk kedalam pagar, orang baru bisa melihat bentuk rumah mereka.

"Salah satu arsitektur warisan Kotagede yang unik adalah Rumah Kalang. Rumah yang dimiliki oleh para pendatang yang sengaja didatangkan oleh pihak Kerajaan Mataram Islam untuk mendorong perekonomian Kotagede tersebut dibangun dari perpaduan beragam kebudayaan. Arsitektur rumah Kalang mendapatkan pengaruh dari budaya Jawa, China, Arab, Eropa dan diagabung menjadi satu. Mereka bisa membangun rumah yang mewah, karena pada saat itu orang Kalang memang lebih kaya dibanding penduduk asli Kotagede," ujar Yuli.

Selain Rumah Kalang, ada juga rumah Jengki. Dasar bangunan dari rumah tersebut sebenarnya adalah rumah Joglo. Karena masyarakat Jagalan yang pada saat itu kaya, melakukan beberapa penambahan dari konsep rumah Joglo sehingga menghasilkan jenis arsitektur baru bernama rumah Jengki.

Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang hadir untuk meresmikan program Jagalan Tlisih tersebut menyambut baik adanya konsep pariwisata minat khusus ini. Menurutnya peluang di wisata minat khusus msih terbuka lebar, dan Yogyakarta sebagai kota pariwisata harus terus mengembangkan beragam konsep wisata.

"Saya sangat mendukung Jagalan Tlisih ini apalagi melibatkan generasi muda Karang Taruna," ujar Sultan.

Dharmadi selaku Komisaris Air Asia yang turut hadir dalam peresmian Tlisih Jagalan tersebut menyatakan, program ini adalah bagian dari Corporate Social Responsibilty dalam meningkatkan pariwisata dan pelestarian kota tua di Indonesia, khususnya Yogyakarta.

Selain dukungan dalam bentuk dana, Air Asia juga memperkenalkan Jagalan Tlisih kepada setiap penumpang Air Asia melalui majalah yang mereka miliki.

"Kami juga mengakomodir pengrajin perak Kotagede dengan menjual hasil kerajinan mereka dalam penerbangan. Ini bisa menjadi akses bagi para pengrajin untuk mendapatkan pasar baru," ujar Dharmadi.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas