Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Bocah di Magelang, Derita Penyakit Aneh Perut Membesar, Cita-cita Ingin Jadi Tentara

Kristina Dwi Yanti (28), ibu Ferdian, mengaku hanya bisa pasrah dan sabar merawat putra bungsunya itu.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Bocah di Magelang, Derita Penyakit Aneh Perut Membesar, Cita-cita Ingin Jadi Tentara
Kompas.com/Ika Fitriana
Ferdian Tri Pamungkas, dipangku sang Ibu. Belum diketahui diagnosa penyakitnya, tetapi perut balita ini terus membesar hingga tak mampu berjalan. 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Ferdian Tri Pamungkas (4,5) kesulitan bergerak.

Jangankan untuk bermain, untuk berdiri dan berjalan saja bocah itu tidak mampu lantaran perutnya terus membesar. Belum diketahui diagnosis penyakit yang diderita Ferdian.

Nur Fanani (31), ayah Ferdian, bercerita bahwa sejak istrinya hamil sampai putra ketiganya itu lahir, tidak ada masalah berarti.

Namun, saat berusia delapan bulan, Ferdian menderita demam tinggi dan pucat.

Setelah diperiksakan ke dokter, hemoglobin (Hb) Ferdian diketahui sangat rendah, yaitu hanya 2,8 dari angka normal 12.

"Kami periksakan ke RSUD Muntilan, hasilnya hanya diketahui bahwa Hb anak saya rendah. Selain itu, dokter tidak memastikan penyakit apa yang diderita anak saya. Padahal darah, DNA, sampai sumsum tulang belakangnya juga sudah dicek," ujar Nur di rumahnya, di Dusun Citran RT 1 RW 14, Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Rabu (15/4/2015).

Nur mengatakan, hingga menginjak usia hampir lima tahun, Ferdian sudah puluhan kali menjalani opname di rumah sakit, bahkan pernah dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta.

BERITA REKOMENDASI

Namun, tetap belum ada kejelasan diagnosis penyakit anaknya tersebut.

Gejala yang dialami Ferdian, lanjut Nur, mirip dengan penyakit leukimia dan talasemia, tetapi hasil pemeriksaan untuk kedua penyakit itu negatif.

Kini, setiap bulan, Ferdian harus melakukan tranfusi darah di PMI Muntilan Magelang.

Belakangan diketahui organ limpanya membesar sebagai efek dari transfusi darah yang terus-menerus.

"Sejak lima bulan lalu, dokter menyuruh operasi pengangkatan limpa agar perutnya normal, tetapi kami terkendala biaya. Operasinya butuh sekitar Rp 100 juta," ungkap Nur yang sehari-hari berjualan lampu variasi motor itu.


Namun, belakangan Nur berhenti bekerja lantaran fokus mengurus buah hatinya.

Nur pun terpaksa menjual harta bendanya untuk pengobatan Ferdian dan menyekolahkan dua kakak Ferdian, yaitu Fasabil Divan Ardiansyah (10) dan Diky Putra Dewanta (7), yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Tiga tahun pertama saya masih membiayai penuh seluruh pengobatan Ferdian, kami tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah, baik Jamkesmas maupun BLT. Beruntung, awal tahun 2014 ada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS, kami sedikit tertolong dengan program itu," imbuh Ferdian yang juga anggota relawan Gunung Merapi itu.

Kristina Dwi Yanti (28), ibu Ferdian, mengaku hanya bisa pasrah dan sabar merawat putra bungsunya itu.

Kristina mengatakan, Ferdian selalu menangis saat berdiri karena kakinya sakit menahan perutnya yang beratnya mencapai sekitar tiga kilogram.

Akibatnya, dia kerap hanya duduk dan tidur.

Namun, di tengah keterbatasannya, Ferdian juga memiliki kelebihan.

"Meski lagi sakit, Ferdian anak yang mempunyai daya ingat bagus. Dia suka belajar Bahasa Inggris. Kelak ia ingin jadi tentara," tutur Kristina.

Pasangan Nur dan Kristina pun tidak berhenti berdoa dan berusaha demi kesembuhan Ferdian agar buah cintanya itu dapat hidup menikmati dunia anak-anak yang bahagia, bermain, belajar, hingga dapat meraih cita-citanya kelak.

Penulis: Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas