Delman Motor Kini Gantikan Ojek, Bikin Sopir Kerja Lebih Santai
Nama kendaraan itu Demo, sebuah nama kendaraan yang bisa diasosiasikan sebagai delman motor (demo).
Editor: Budi Prasetyo
Laporan wartawan Tribun Manado David Manewus
TRIBUNNEWS.COM. MOLIBAGU - Didi Moodutu,warga kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) kini lebih santai dalam mencari sesuap nasi. Kendaraan yang dipakainya untuk mencari nafkah kini lebih menjamin penghasilan daripada hanya mengendarai ojek.
Nama kendaraan itu Demo, sebuah nama kendaraan yang bisa diasosiasikan sebagai delman motor (demo). Demo memang lebih mirip delman daripada saudara tuanya bentor yang tentu lebih mirip becak.
Sekilas perawakan Demo tak beda jauh dari kendaraan sejenis. Yang berbeda, pengendara "menunggangi" sebuah motor besar. Di bagian belakang motor itu tampak "tubuh" tambahan berukuran besar yang bisa menampung lebih dari sepuluh penumpang sekali angkut seperti layaknya Delman atau Bendi di beberapa daerah di Sulawesi Utara.
Didi mengatakan ide pengadaan kendaraan ini dari koperasi persatuan ojek. Ide ini terealisasi tahun 2015.
"Benar itu bisa jadi singkatan delman motor. Tapi itu juga cocok dengan nama pengembangnya di Kotamobagu," ujarnya.
Menurut Didi, pengembang ide bernama Deny Mokodompit. Atas dasar itu kendaraan itu bisa jadi singkatan Deny motor
Jadi Demo bisa menjadi singkatan dari Deny Motor. Deny mengembangkan sebelumnya di Kotamobagu," katanya.
Didi beralasan "kuda tunggangan" diganti karena ingin langsung dapat banyak penumpang. Apalagi menurutnya, kendaraan ini lebih aman dari bentor.
"Demo bisa memuat penumpang lebih dari sepuluh. Bahkan bisa 18 orang jika orangnya kecil," ujarnya.
Didi pun mematok ongkos rata-rata Rp 2 Ribu sekali jalan. Karena murah, Didi juga sudah punya banyak langanan harian yang diantar jemput.
"Pendapatan minimal Rp 100 Ribu jika stabil. Kami juga harus menyetor Rp 900 Ribu per bulan untuk kredit Demo pada bendahara koperasi," katanya.
Dikatakannya, Demo bisa menempuh perjalanan ke tempat yang jauh. Perkataan itu sekaligus menepis
"Sudah pernah ke Gorontalo. Penumpangnya memang hanya satu orang," ujarnya.
Percakapan itu terhenti karena para pelanggan meminta Didi mengantar mereka pulang ke mereka. Setelah tersenyum, ia langsung berangkat tanpa beban walau harus kerja seharian