Astaga, Ada Cerita Porno di Buku Pelajaran Muatan Lokal SD Kelas VI
Tim Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Nganjuk secara tidak sengaja menemukan peredaran buku pelajaran kelas VI, Wasis Basa yang berbau pornografi,
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, NGANJUK - Tim Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Nganjuk secara tidak sengaja menemukan peredaran buku pelajaran kelas VI, Wasis Basa yang berbau pornografi, awal Mei 2015.
Informasi yang dihimpun Surya menyebutkan, setelah mendapat petunjuk awal, tim Intelijen langsung berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Daerah (Dindikpora) Nganjuk untuk melakukan penelusuran.
"Petunjuk awal peredaran buku berbau porno itu dari seseorang dan kemudian terus diselidiki petugas. Sebenarnya bukunya sudah lama beredar di seluruh Jawa Timur. Di Nganjuk untuk sementara ada dua buku yang ditemukan,” ujar Kepala Seksi Intelijen Kejari Nganjuk Anwar Risa Zakaria, SH, Kamis (28/5/2015).
Distributor mengedarkan buku lewat Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan TK/SD/PLB di sejumlah kecamatan dan sebagian lain, langsung mendatangi sekolah.
Distributor yang mendatangi sekolah ini biasanya membawa surat rekomendasi dari kepala UPTD Pendidikan setempat. Sementara kalimat berbau porno pada buku muatan lokal (mulok) Bahasa Jawa itu merujuk pada istilah hubungan suami-istri.
Dalam buku yang dijual di kisaran harga Rp 50.000 - Rp 59.000 itu terdapat materi cerita bacaan Bahasa Jawa berjudul Dewi Lara Amis, yang menceritakan kisah seorang laki-laki yang mencintai perempuan.
Ada beberapa istilah yang dianggap vulgar sehingga tidak layak bagi anak seusia SD. Kalimat itu terdapat pada paragraf akhir dari rangkaian kisah cerita Dewi Lara Amis.
Berikut kutipannya,“Ing sawijining dina Prabu Basuparicara tindak mbebedhag menyang tengahing alas. Dumadakan Sang Prabu kelingan marang garwane Dewi Girika sing sulitya ing warna. Sang Prabu ora bisa nahan hawa nepsu kasmarane, banjur ngetokne banyu syahwat lan diwadahi godhong, banjur dibuwang ing kali Yamuna.
Banyu syahwat mau dipangan dening sawenehe iwak wadon gedhe sing manggon ing kali kasebut. Ora let suwe iwak mau banjur meteng. Iwak mau sejatine malihane widodari sing lagi nglakoni paukuman saka Jawata.”
Terjemahan Bahasa Indonesianya,"Pada suatu hari, Prabu Basuparicara berburu di tengah hutan. Tiba-tiba, Sang Prabu teringat kepada istrinya Dewi Girika yang cantik jelita. Sang Prabu tidak bisa menahan hawa nafsu birahinya, hingga mengeluarkan sperma dan ditaruh dalam daun, kemudian dilempar ke Sungai Yamuna.
Air sperma tadi dimakan oleh seekor ikan besar yang berada di sungai tersebut. Tidak terlalu lama, ikan tadi hamil. Ikan tadi sebenarnya penjelmaan dari seorang bidadari yang mendapat hukuman dari Dewa".
Dra Widiyasti Sidharti, Msi, Kadindikpora Nganjuk saat dikonfirmasi Surya semalam menyebutkan, buku pelajaran Basa Jawa itu sudah ditarik. Terkait keberadaan buku sendiri merupakan penerbitan Tahun 2008 dan di Nganjuk mulai beredar sejak 2009 dimana pengadaan buku dari dana BOS.
"Saya sudah instruksikan kepada 20 UPTD untuk menarik bukunya. Namun berapa yang sudah ditarik dari sekolah, kami masih belum mengeceknya lagi," jelasnya.