Januari hingga Juni, Tujuh Warga Bali Meninggal Akibat Rabies
Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 7 orang meninggal akibat tergigit anjing yang teridentifikasi positif rabies, sejak Januari hingga Juni 2015.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 7 orang meninggal akibat tergigit anjing yang teridentifikasi positif rabies, sejak Januari hingga Juni 2015.
"Kami mencatat ada tujuh yang meninggal akibat rabies, dan ini merupakan kejadian luar biasa (KLB), mengingat tahun lalu kasus rabies sempat turun," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya.
Untuk laporan kasus gigitan anjing di Bali saat ini, rata-rata korbannya mencapai 110 hingga 120 orang per bulannya.
Ia menuturkan, Tahun 2010 kasus kematian akibat rabies di Bali mencapai 82 orang.
"Pada Tahun 2012 sempat terjadi penurunan kasus meninggal karena rabies, untuk jumlahnya saya tidak ingat," ujarnya.
Kemudian, Tahun 2013 korban meninggal akibat tergigit anjing yang poritif rabies satu orang, tiga kasus (2014) dan Januari hingga Juni 2015 sudah tercatat tujuh yang meninggal.
"Sejak Tahun 2008, kasus rabies di Bali sampai saat ini merupakan kejadian luar biasa (KLB)," ujarnya.
Ia mengakui, persediaan vaksin anti rabies (VAR) sudah mulai menipis, namun masih tersedia untuk stok kegawatdaruratan atau "emergency stock" di empat Kabupaten, sehingga apabila kasus gigitan anjing tersebut terus meningkat, dipastikan persediaanya tidak akan mencukupi.
Oleh sebab itu, pihaknya mengharapkan Biofarma sebagai pemenang tunggal e-catalog agar konsisten untuk menyiapkan VAR, karena saat ini baru diberikan 10 ribu vial.
Padahal, pihak Biofarma menjanjikan VAR tersebut sebanyak 50 ribu vial pada akhir Mei. Namun, belum terealisasi.
"Awalnya kami memesan 85.026 vial, namun pihak Biofarma menjanjikan akan memenuhi 50 ribu pada akhir Mei. Namun, diralat menjadi 10 ribu, sehingga kami menyurati pihak LKPP dan Kemenkes," ujarnya.