Sudah 9 Pesawat Malaysia Langgar Batas Indonesia Hingga Mei
Satuan Radar 225 Kosek II, Kohanudnas di Tarakan, Kalimantan Utara, memantau penetrasi sembilan pesawat Malaysia yang melanggar batas Indonesia.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Warta Kota, Alex Suban
TRIBUNNEWS.COM, KALIMANTAN - Hingga Mei 2015, sudah sembilan penerbangan pesawat negeri jiran melanggar wilayah udara Indonesia, yang menjadi tanggung jawab Pangkalan TNI AU Tarakan, Kalimantan Utara.
Hal ini disampaikan oleh Komandan Lanud Tarakan Letkol Pnb Tiopan Hutapea kepada wartawan di Lanud Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (10/6/2015).
Penetrasi pesawat asing memasuki wilayah udara Ambalat terpantau Satuan Radar 225 Kosek II, Kohanudnas di Tarakan. Menurut Komandan Satuan Radar Mayor Lek M Suarna, penetrasi seringkali dilakukan pesawat Malaysia. Sebanyak sembilan kali pesawat militer negeri jiran itu lepas landas dari Tawau dan memasuki wilayah Indonesia di atas perairan Ambalat.
Ternyata, pesawat itu bisa leluasa memasuki batas wilayah Indonesia dan mengudara hingga 30 menit di atas perairan Nusantara. Mereka sudah menghitung, bila pesawat TNI AU akan mencegat, setidaknya butuh waktu satu jam lebih untuk samapi Ambalat.
Untuk menangkal berbagai pelanggaran wilayah itu, dilaksanakan operasi militer gabungan dengan sandi Perisai Sakti 2015. Operasi ini dilakukan TNI AU dan TNI AL, berupa penyiagaan pesawat tempur F-16, Sukhoi, T50i Golden Eagle, Super Tucano, serta kapal perang di perairan Ambalat.
Menurut pengamatan Warta Kota, tiga pesawat tempur F-16 sudah disiagakan untuk patroli dan mencegat pesawat asing pelanggar batas. Pesawat Hercules juga disiapkan untuk menerjunkan pasukan. Rabu malam, sepasukan anggota Kopassus diterjunkan melalui udara untuk melakukan operasi darat di perbatasan Kalimantan Utara.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Danlanud Tarakan Letkol Pnb Tiopan Hutapea mengeluhkan sulitnya mencegat pesawat nakal yang memasuki Indonesia tanpa izin. Pasalnya pesawat tempur yang bersiaga, jauh dari Tarakan, karena selama ini berada di Makassar, Sulawesi Selatan.
Setelah adanya infiltrasi pesawat asing itu, Danlanud meminta pesawat tempur disiagakan di Tarakan. Sehingga tak ada penyusup yang memasuki wilayah Ambalat. Setelah pesawat tempur ditarik kembali, penyusupan pesawat asing terjadi lagi. Idealnya ditempatkan minimal satu skuadron penyergap di Lanud Tarakan.