Setiap Kali Lumba-lumba Berenang di Muaro Sako, tak Berapa Lama Banjir Besar Datang
Tiga ekor ikan lumba-lumba asyik bermain di hamparan Sungai Kampar di Dusun Muaro Sako Kelurahan Langgam menjelang sore hari.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN KERINCI - Tiga ekor ikan lumba-lumba asyik bermain di hamparan Sungai Kampar di Dusun Muaro Sako Kelurahan Langgam menjelang sore hari. Lumba-lumba itu melompat secara bergantian dan kadang bersama-sama, mengitari badan sungai.
Pertunjukan binatang itu sering menjadi tontonan gratis masyarakat di sekitar Langgam. Karena lokasi sungai dekat dengan permunkiman penduduk, mulai dari orang tua sampai anak-anak larut dengan "sirkus" alami. Meski tidak lama, aksi ikan lumba-lumba yang dikenal dengan nama pesut itu, cukup menjadi hiburan bagi warga.
"Dulu sering nampak, dalam bahasa kampung lumbo-lumbo (pesut), di Muaro Sako. Jika ikan itu melompat-lompat, pasti menjadi tontonan warga. Ada tiga ekor yang sering kelihatan. Tapi sekarang hampir tidak ada lagi," kata seorang warga Langgam, Rojuli (40) kepada Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network), mengingat kejadian 25 tahun silam.
Ketika itu, Rojuli masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dimana rombongan pesut dengan ukuran 1 sampai 2 meter sering menampakkan diri di Sungai Kampar.
Apalagi kondisi sungai di Muaro Sako cukup luas dan dalam, lantaran pertemuan arus antara Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Sehingga ikan berwarna biru keabu-abuan itu dengan lincah berenang dan bermain.
Namun dalam rentang 10 tahun terakhir, lumba-lumba itu sudah jarang kelihatan di Muaro Sako. Tidak diketahui kemana perginya binatang mamalia itu. Bisa jadi ke hulu ataupun ke hilir.
Namun ada cerita dan kepercayaan rakyat di Langgam, terkait penampakan kawanan pesut ini. Setiap kali pesut berenang dan bermain di Muaro Sako, tidak berapa lama banjir besar pasti akan datang.
Apalagi ketika itu, waduk Koto Panjang di Bangkinang belum dibangun. Air sungai yang meluap merendam hampir seluruh Kelurahan Langgam. Sehingga mempengaruhi tekstur rumah warga yang kebanyakan dibuat di atas panggung, untuk menghindari banjir.
Bahkan petani yang hendak becocok tanam menyesuaikan dengan musim banjir. Apabila banjir sudah selesai, baru kemudian penduduk bercocok tanam dan akan dihentikan hingga musim banjir selanjutnya tiba.
"Tapi sekarang sudah berubah. Kebanyakan rumah tak berpanggung lagi. Karena banjir tidak sebesar yang dulu. Ikan lumba-lumba juga sudah tidak pernah lagi kelihatan dan langka," ujarnya.
Puluhan kilometer ke hilir Sungai Kampar di Muaro Sako, tepatnya di Kelurahan Teluk Meranti Kecamatan Teluk Meranti, seekor pesut terjerat jaring warga, Selasa (18/8/2015) lalu.
Pesut berukuran 1 meter dengan bobot 60 kilogram itu, mati setelah terjaring sejak pukul 04.00 WIB dini hari. Ikan malang itu terlilit jaring ikan senggat, yang berbentuk tipis seperti nila dan kuat.
Ikan yang terjaring sulit lepas dan semakin meronta, akan semakin melilit. Pesut itu akhirnya dikubur oleh warga setempat didampingi pihak kepolisian.
Menurut pemuda Teluk Meranti, Hendrizal (34), pesut kerap menampakkan diri di sepanjang Sungai Kampar di Teluk Meranti. Sekali melompat dan bermain, kadang mencapai lima atau tiga ekor.
Lumba-lumba itu kerap terlihat di sepanjang lintasan Ombak Bono. Jika di Langgam memiliki cerita rakyat, di Teluk Meranti pemandangan itu sudah biasa menurut masyarakat setempat.
"Sudah biasa kelihatan kok. Disini memang habitatnya. Kadang ke arah hilir dan sesekali ke hulu," tutur Ketua Bono River Community (BRC) ini.
Dijelaskannya, para nelayan sangat menghargai keberadaan pesut-pesut itu. Mereka menganggap ikan itu sebagai teman dan tidak mau menangkapnya, apalagi memakannya. Hanya saja, nasib malang ketika terkena jaring yang ditebar warga. Diduga pesut yang tertangkap itu hendak mencari ikan dan udang. Sebab sekarang sedang musim ikan Patin Kualo dan Udang. Alhasil pesut yang dulu sering di hilir, naik ke hulu mencari makan.
"Sekarang kan musim udang dan patin. Karena air payau masuk ke dalam. Jadi mungkin itu yang mendorong pesut masuk dan kena jaring," tambahnya.
Kepala Bidang Konservasi Pemberdayaan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Pelalawan, Apen Fair, menyatakan jika pesut merupakan binatang langka. Ikan yang bernafas dengan paru-paru itu juga dilindungi oleh undang-undang.
Tidak diperbolehkan menangkap atau mengkonsumsi pesut tersebut. Hanya saja, pihak tidak menyangka jika habitat lumba-lumba air tawar masih ada di Sungai Kampar. Setelah lama "menghilang" dari peredaran.
"Jika masih sempat, kami akan mengambil bangkainya dan dimasukkan ke air keras. Karena bangkainya masih utuh," ujarnya. (Tribun Pekanbaru Cetak)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.