Gadis Cantik Ini Jalani Terapi Mental Gara-gara Sehari Cuci Tangan 50 Kali
Cuci tangan memang wajib dilakukan sebelum beraktivitas seperti makan atau setelah memegang benda kotor. Namun apa jadinya jika orang terkena sindrom
Editor: Sugiyarto
Laporan Tribun Jateng, Vania Putri
TRIBUNEWS.COM- Cuci tangan memang wajib dilakukan sebelum beraktivitas seperti makan atau setelah memegang benda kotor. Namun apa jadinya jika orang terkena sindrom "takut kotor".
Itulah yang dialami gadis cantik bernama Cerys Pumphrey (17) asal Bournemouth, London terserang sindrom Obsessive Compulsive Disorder (OCD) yang berarti penderita memiliki pemikiran yang obsesif terhadap sesuatu dan melakukan hal tersebut berulang-ulang. Gangguan ini termasuk dari gangguan kesehatan mental.
Cerys selalu berpikir tangannya kotor dan ia harus mencuci tangannya lebih dari 50 kali sehari. Cerys menyadari gangguan mental ini membuatnya tak nyaman dan merasa diasingkan.
"Jika kamu menderita gangguan mental sekecil apapun maka sangat mudah bagi orang lain untuk mengisolasimu, kamu akan merasa berjalan sendirian," katanya.
"Karena itu saya mendesak anak-anak muda untuk menyampaikan pada orang-orang membantu mereka agar mereka tidak berjalan sendirian," lanjutnya.
Cerys mengalami sindrom ini sejak kecil. Berawal dari ia yang berusaha mewarnai dengan tangan yang kotor terkena spidol namun selalu gagal dan hal itu membuatnya kecewa.
Sejak itu gadis cantik ini berpikir untuk selalu menjaga tangannya tetap bersih dan tak boleh kotor.
"Aku jadi takut kotor. Bahkan jika aku menabrak seseorang di jalan dan dia terlihat kotor, aku langsung buru-buru pulang dan mandi," ujarnya.
"Setelah memegang ponsel dan aku merasa ponsel itu kotor, aku langsung mencuci tanganku hingga 50 kali sehari bahkan lebih." Hal itu juga berlaku jika ia baru saja memegang gagang pintu, bersalaman, menyentuh apapun ia akan selalu berlari untuk cuci tangan bahkan jika perlu ia akan mandi.
"Aku tahu ini tidak rasional, tapi sulit mengontrolnya, beruntung orangtua dan teman-temanku mengerti dan mendukungku." Mengaku ingin sembuh, gadis ini kini menjalani terapi untuk mengubah pola pikir obsesifnya. (tribunjateng/mirror)