Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Haru Juru Ketik Manual yang Bertahan di Tengah Jaman Komputer

Di zaman yang serba digital ini, sebagian besar masyarakat telah beralih menggunakan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Haru Juru Ketik Manual yang Bertahan di Tengah Jaman Komputer
tribun jogja
Tribun Jogja/Rendika Ferri Kurniawan Antini sedang mengetikkan dokumen pesanan pelanggannya, di lapak kecil miliknya di depan GOR UNY, Jumat (11/9). 

Mahasiswa tersebut, meminta Tini untuk membuka kembali jasanya. Tini pun terang-terangan mengaku tak mempunyai modal untuk menyewa tempat lagi.

Sampai mahasiswa tersebut menyarankannya untuk membuka jasa pengetikkan di tepi jalan sama seperti tukang makanan di depan GOR UNY.

"Ia bilang kepada saya, kenapa ibuk tak membuka seperti penjual makanan di depan GOR sana. Yang penting kan ibu bisa bertemu pelanggan. Akhirnya usul tersebut saya pikirkan matang-matang, dan akhirnya saya memberanikan diri membuka jasa pengetikkan disini," tutur Tini.

Modal Tekad

Bermodalkan keberanian dan tekad yang kuat, Tini kembali membersihkan mesin tiknya yang lama tak dipakai selama masa berdukanya.

Ia lalu membeli payung besar, menyiapkan bangku dan meja, sebagai tempat kerjanya. Hari pertama, Tini merasa sedikit malu, orang sering menganggapnya gila.

Namun, lama kelamaan, ia mulai terbiasa. Satu per satu, pelanggan mulai mendatanginya lagi.

Berita Rekomendasi

"Walaupun panas kepanasan, hujan kehujanan, bahkan orang-orang mengejek saya gila, saya tak akan berhenti mengetik. 'Brother' selalu menemani saya, dan dari sinilah saya menggantungkan hidup," tuturnya.

Kalau dulu, orderan jasa ketik Tini banyak, sekarang ia hanya menerima dua-tiga orderan yang tak setiap hari ada.

Bahkan tak jarang, seminggu, Tini tak menerima pesanan ketikan. Jika sudah demikian, ia hanya bersabar dan mengelus dada, ketika tak sesen pun didapatnya.

"Sehari bisa dapat Rp30.000 sampai Rp 50.000, kemarin bahkan nggak dapat sama sekali. Semenjak puasa kemarin, sudah sepi yang mau mengetikkan di sini. Kalau sudah begitu ya saya hanya sabar.'' ujar Tini.

Janda berumur 45 tahun ini mengaku akan terus meneruskan jasa pengetikan menggunakan mesin tik manual.

Ia berharap, masih ada yang sudi menggunakan jasanya, karena hanya keahlian itulah yang ia punyai, dan hanya dari situlah Tini mencukupi diri.

"Hanya ini yang sekarang saya punyai. Brother. Semoga Tuhan senantiasa memberikan saya kesehatan dan perlindungannya, karena dari sini saya mencukupi diri," pungkasnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas