Belasan Pemuda di Malang Bakar dan Injak-Injak Bendera PKI
“Aksi ini untuk meningkatkan kewaspadaan pada gerakan komunis, menolak rekonsiliasi atas PKI, serta mengingatkan lagi gerakan G/30 September,”
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Surya, Adrianus Adhi
TRIBUNNEWS.COM, KLOJEN - Belasan pemuda yang tergabung dalam Gerakan Bela Negara berunjuk rasa di depan Balai Kota Malang, Rabu (30/9/2015) siang.
Mereka menyerukan bahaya paham komunis di Indonesia, disertai membakar bendera komunis di depan Balai Kota Malang.
“Aksi ini untuk meningkatkan kewaspadaan pada gerakan komunis, menolak rekonsiliasi atas PKI, serta mengingatkan lagi gerakan G/30 September,” kata Koordinator aksi, Haris Kuncahyo pada wartawan Rabu siang.
Menurut Haris, komunis tak boleh hidup di Indonesia lantaran ideologis mereka berbeda dengan ideologi Indonesia.
Bahkan, dia juga menyerukan agar masyarakat siap perang jika ideologi komunis dihidupkan lagi di Indonesia.
Kebencian kelompok ini pada komunis juga tergambar dalam aksi yang mereka lakukan.
Mereka nekat menginjak bendera komunis yang berlogo palu dan arit, lalu membakarnya.
Selain itu, mereka juga mengajak Wakil Wali Kota Malang Sutiaji, serta Ketua DPRD Kota Malang Arief Wicaksono untuk mendukung aksi kali ini.
Aksi dan seruan serupa juga mereka lakukan di tiga kantor media di Malang, termasuk Harian Surya.
Haris mengatakan aksi tersebut mereka lakukan di kantor media agar media berpihak pada masyarakat, dan pada paham kebangsaan Indonesia.
“Kami ingin menggandeng media untuk terus berpihak pada masyarkat, dan menyebarkan paham kebangsaan,” kata dia.
Ketua DPRD Kota Malang, Arief Wicaksono menambahkan NKRI dan Pancasila harus ditegakkan.
“Sebagai bangsa, kita sudah memiliki ideologi Pancasila dan UUD 1945 yang harus dikawal,” kata politisi PDIP itu.
Menurutnya, ideologi lain yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat jangan sampai menyusupi bangsa Indonesia.
Arief menegaskan, paham-paham radikal sangat patut diwaspadai, utamanya di kalangan mahasiswa.
Sementara, Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji menambahkan musuh bangsa juga meliputi budaya korupsi, kemiskinan dan kebodohan.
“Semua elemen masyarakat juga harus berperang untuk memakmurkan bangsa. Berantas kemiskinan, dan kebodohan,” tegas Sutiaji.