Dibacok Tepat di Wajah, Kades Muaro Danau Tak Sadarkan Diri
Menurut keterangan saksi di lapangan, pelaku langsung mencabut golok dari pinggangnya kemudian membacok tepat ke wajah korban sehingga terjatuh.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari
TRIBUNNEWS.COM, KUALA TUNGKAL - Kepala Desa (Kades) Muaro Danau, Rendah Mendaluh,Tanjabbar, Jambi, Isno Suprapto (48) mengalami luka parah pada bagian wajah dan kepala usai dibacok lelaki bernama Kenedy.
Kapolsek Merlung, Iptu S Arefa mengungkap bahwa kronologis pembacokan bermula di kediaman Kades di RT 03 Desa Muaro Danau, sekira pukul 16.00.
Ketika itu pelaku, Kenedy alias Iken (38) mendatangi korban di kediamannya, saat itu korban sedang tidur siang.
Kemudian oleh anaknya, Aulia (11) dibangunkan dengan menyebut ada tamu.
Isno langsung menemui pelaku yang sudah menunggu di depan rumahnya tepat di bawah pohon sawit.
Kemudian langsung terjadi pertengkaran mulut antara keduanya.
"Tapi kita belum tahu pasti apa yang diperdengarkan," kata Kapolsek kepada Tribun.
Menurut keterangan saksi di lapangan, pelaku langsung mencabut golok dari pinggangnya kemudian membacok tepat ke wajah korban sehingga terjatuh.
Bacokan menyebabkan korban mengalami luka bacok di bagian mata dan hidung.
"Informasinya, beberapa kali dibacok tapi korban sempat mengelak akhirnya kena juga, melihat korban terjatuh pelaku langsung melarikan diri menggunakan sepeda motor," ulas Kapolsek.
Pihak kepolisian sendiri langsung mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan mencatat para saksi-saksi di lapangan, serta memawa korban ke rumah sakit.
Menurut Kapolsek sejauh ini belum ada laporan resmi dari pihak korban, namun tidak masalah, hal tersebut bisa menyusul di lain waktu mengingat saat ini sudah ada korban yang dirawat.
"Jadi kita tetap mengambil tindakan, seperti memeriksa saksi untuk mengetahui motifnya apa,".
Soal kabar yang beredar bahwa insiden itu terjadi terkait masalah jual beli tanah, Kapolsek menyebut belum bisa dipastikan atau diduga-duga karena harus sesuai dengan fakta.
"Kalau baru sebatas cerita dari warga-warga kan tidak bisa dijadikan patokan," pungkas S Arefa.