Lolos Dari Bom Turki, Lelaki Asal Pangkalpinang Ini Merasa Was-Was
"Di Turki sentimen agama bukan jadi pemicu kericuhan tetapi antaretnis. Pelaku bom bunuh diri bisa saja dari kontra etnis Kurdi," ujar Syafri
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Bangka Pos, Alza Munzi
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Peristiwa bom bunuh diri di Turki Sabtu (10/10/2015) membuat was-was Syafri Hariansyah, lelaki asal Kota Pangkalpinang yang sedang menjalani program doktor ilmu hukum di Ankara University.
"Jujur bai, ku ngeri, ngenakot bang (jujur saja, saya ngeri, bikin takut bang," ungkap Syafri Hariansyah dalam bahasa Bangka saat ditanyakan soal bom yang meledak di pusat kota Ankara, Turki pada Sabtu (10/10/2015) pagi.
Syafri yang tinggal di kawasan Golbasi Kota Ankara mengatakan, meski berdaya ledak rendah namun bom bunuh diri itu menewaskan sedikitnya 86 orang dan ratusan lainnya luka-luka.
Menurutnya, masyarakat terlihat tidak terlalu resah atas kejadian seperti itu.
Usai bom bunuh diri dan sempat terjadi kepanikan, warga kembali beraktivitas seperti biasa.
Hanya saja ia merasa ekstra hati-hati, dengan menghindari tempat keramaian, pusat pemerintahan atau kalau di Ankara mungkin Kizilai Ulus.
Dikatakannya, saat kejadian kemarin, aktivitis pro Kurdi sedang melakukan aksi damai.
"Di Turki sentimen agama bukan jadi pemicu kericuhan tetapi antaretnis. Pelaku bom bunuh diri bisa saja dari kontra etnis Kurdi," ujar Syafri melalui pesan BBM kepada bangkapos.com, Minggu (11/10/2015).
Syafri adalah mahasiswa program doktor ilmu hukum di Ankara University atas beasiswa pemerintah Indonesia melalui program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Kementerian Keuangan.
Dosen Pertiba Pangkalpinang itu, merupakan lulusan sarjana hukum Pertiba dan pascasarjana Universitas Indonesia.
Warga Kampung Asam, Kota Pangkalpinang itu sejak di SMAN 3 Pangkalpinang sangat aktif berorganisasi dan menorehkan berbagai prestasi baik tingkat nasional maupun internasional.
"Saya tinggal di asrama atau orgenci evi namanya. November bulan depan, Turki menggelar pemilu jadi suasana terus memanas," kata Syafri yang sejak dua bulan lalu tinggal di negeri pimpinan Presiden Erdogan tersebut.
Syafri pernah mengikuti program pertukaran pemuda tahun 2013 lalu di Rusia.