Lolos Dari Bom Turki, Lelaki Asal Pangkalpinang Ini Merasa Was-Was
"Di Turki sentimen agama bukan jadi pemicu kericuhan tetapi antaretnis. Pelaku bom bunuh diri bisa saja dari kontra etnis Kurdi," ujar Syafri
Editor: Wahid Nurdin
Pada, Selasa (9/6/2015) lalu, pria berperawakan kurus ini didaulat Kedubes Amerika Serikat sebagai pembicara dalam seminar bertema "Democracy dan Elections".
Buku berjudul Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden, studi di delapan negara menarik perhatian panitia acara.
Jadilah Syafri berbicara bersama ahli hukum dari Korea Selatan, Profesor Anna Erliyana guru besar hukum UI dan M Qodari dari Indobarometer.
Yatim piatu kelahiran Pangkalpinang, 9 November 1988, sejak dua tahun lalu bermimpi ingin kuliah di luar negeri.
Dalam wawancara bersama Bangka Pos, pada 30 Agustus 2013 lalu, dia ingin sekali kuliah di Yale University Amerika Serikat.
Meski akhirnya sempat diterima, Anca mengambil keputusan lain.
Dia kembali berburu beasiswa dan mengajukan proposal doktoral di beberapa kampus luar negeri.
Dan dia merasa cocok mencari ilmu di Turki.
Baginya, Turki adalah sebuah negara unik, berada di dua benua sekaligus, Asia dan Eropa serta memiliki sejarah peradaban yang mengagumkan.