Jalan Satu Kilometer, Warga Terpaksa Antre di Mata Air Akibat Kekeringan
Warga harus mengantre untuk mengambil air di sumber mata air Sejengok, Dusun Rumbia, jaraknya satu kilometer dari Kantor Desa Sabintulung.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Warga Desa Sabintulung, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tak luput dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang terjadi hampir tiga bulan belakangan ini.
Sungai Sabintulung dan air sumur warga ikut mengering, sehingga warga harus mengantre untuk mengambil air di sumber mata air Sejengok, Dusun Rumbia, jaraknya satu kilometer dari Kantor Desa Sabintulung.
Mereka membawa satu hingga dua jeriken.
"Air dari sumber mata air Sejengok ini bisa langsung diminum," kata Obeo Sanusi, Kades Sabintulung, Selasa (13/10/2015).
Pihak desa sudah menyiapkan tandon isi 5.200 liter.
Pipa untuk mengalirkan air dari mata air ke tandon juga dipasang, sehingga warga cukup mengambil air bersih itu di lokasi tandon berada.
"Kami juga memasang 5 mata kran di sekitar tandon agar warga tidak terlalu lama mengantre," tuturnya.
Desa Sabintulung terdiri dari empat dusun, yakni Dusun Rumbia, Kolam, Selendong dan Pasir Putih, dengan jumlah penduduk mencapai 3.400 jiwa.
Untuk konsumsi air minum, 80 persen warga mengandalkan 2 sumber mata air, yakni mata air di Sejengok dan sumur kolam di Dusun Kolam.
Hanya sumur kolam saat ini juga telah mengering sehingga warga 4 dusun di Sabintulung harus mengambil air di Sejengok.
"Sumber mata air Sejengok ini tidak pernah habis. Ini anugerah bagi masyarakat kami. Pasalnya, air PDAM tidak masuk ke desa kami," kata Sanusi.
Antrean warga mengambil air bisa dijumpai tiap pukul 17.00 Wita.
"Bahkan, ada warga mengambil air pukul 01.00 dinihari karena jam segitu alirannya cukup deras dan tidak harus mengantre lama," tuturnya.
Sementara itu kondisi air sungai tidak layak dikonsumsi sebagai air minum.
Menurutnya, Sungai Sabintulung sudah tercemar limbah sawit dari perusahaan sawit di hulu sungai.
"Pestisidanya masuk ke sungai," ucapnya.
Sebagian warga menggunakan air sungai hanya untuk keperluan MCK (mandi, cuci, kakus).
Sebagian warga juga punya sumur masing-masing. (*)