Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putri Pengusaha Alim Markus Ini Pilih Investasi Resto Jepang

Bila sang ayah berbisnis di industri aluminium, kemudian kakak laki-lakinya di properti, namun Diana Alim malah memilih bisnis lain yakni kuliner.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Putri Pengusaha Alim Markus Ini Pilih Investasi Resto Jepang
surya/sri handi lestari
Diana Alim 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bila sang ayah berbisnis di industri aluminium, kemudian kakak laki-lakinya di properti, namun Diana Alim malah memilih bisnis lain yakni kuliner.

Putri bungsu pengusaha Alim Markus ini memilih menu masakan Jepang untuk restoran yang baru di-launching di Tunjungan Plaza (TP) 5 Surabaya, Selasa (13/10/2015).

"Ini merupakan tantangan baru. Di tengah pertumbuham ekonomi yang sulit saat ini, kelihatannya kok cocok investasi kuliner. Orang belanja makanan masih saja banyak," kata gadis kelahiran 1988 tersebut.

Restoran dengan nama Shabu-Shabu on Yasai ini merupakan restoran kedua yang dimiliki Diana yang mengandeng kakak iparnya, Yenita Jayanata, serta satu kakak perempuan lainnya.

Mereka bertiga Joint Ventura dengan pemilik brand resto Shabu-Shabu on Yasai asal Jepang.

"Resto Shabu-Shabu on Yasai pertama kami buka di Tangerang bulan Juli 2015 lalu. Lanjut resto Jepang lainnya dengan brand Yakiniku di mal yang sama di Tangerang," cerita alumnus jurusan Arsitek Iowa University, Amerika Serikat (AS) itu.

Ketika ditanya latar belakang pembukaan restoran masakan Jepang ini, Diana mengaku tak lepas dari hobi makan. Dia sangat menyukai makanan khas Surabaya, yang berkuah. Salah satunya bakso.

Berita Rekomendasi

Selain itu, tren makanan asing masuk, Diana langsung cocok dengan masakan Korea dan Jepang.

Hal itu menguatkan dirinya ketika mendapat kesempatan bersama dua kakaknya, bertemu pemilik brand restoran Jepang yang sudah memiliki 300 outlet di Jepang, Malaysia, dan Singapura.

"Ketika tahu di Indonesia belum ada, kami langsung agresif. Kami melihat peluangnya besar".

"Belum banyak restoran Jepang di Indonesia, kalaupun ada, tapi pilihannya masih sedikit," lanjut gadis lulusan SMA Katolik Frateran Surabaya itu.

Diana menolak mengungkapkan nilai investasi dan target balik modal dari usahanya tersebut.

Tapi dia optimistis bisa diterima pasar, mengingat menu yang disajikan masih dengan harga terjangkau.

"Ada paket-paket makan yang harganya cukup terjangkau. Memang kami berada di mal premium, restorannya juga tampilan premium, tapi kami jamin, harga terjangkau, dengan bahan baku berkualitas," lanjutnya.

Diana mengakui mayoritas bahan bakunya masih impor. Seperti daging wagyu dari Australia dan AS, daging ikan salmon, dan bumbu-bumbu.

Tapi kalau sayur-sayuran, udang, dan menu ikan lainnya didapat dari pasar lokal dengan kualitas premium.

"Sebenarnya tidak enak juga mau ngomong, tapi kan harus cintailah produk-produk Indonesia," tandasnya sambil menirukan slogan yang biasa diucapkan sang ayah.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas