Gusti Nurul, Puteri Cantik Mangkunegaran dan Pendiri Radio Pertama Wafat
Suasana duka menyelimuti Pura Mangkunegara Solo lantaran Putri Mangkunegara VII, GRAy Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani meninggal
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Suasana duka menyelimuti Pura Mangkunegara Solo lantaran Putri Mangkunegara VII, GRAy Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani (atau yang akrab disapa Gusti Nurul) meninggal dunia.
Gusti Nurul meninggal dunia di Bandung, Selasa (10/11/2015) pagi jam 08.20 WIB di Bandung pada usia ke 94 tahun.
Rencananya jenazah akan dimakamkan di Astana Giri Layu, Karanganyar, Rabu (11/11/2015) siang, bersanding dengan keluarga besar trah Mangkunegaran.
Sebelum dikebumikan menurut Plt Pengageng Modropuro, Supriyanto Waluya, rencananya jenazah akan disemayamkan di Pura Mangkunegaran untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari kerabat dan juga masyarakat Solo.
"Para kerabat sedang menyiapkan kepanitiaan untuk acara penghormatan besok. Jadi kerabat bisa datang melayat sebelum diberangkatkan ke Astana Giri Layu pada jam 11.30," ujarnya.
Semasa hidupnya, Supriyanto mengatakan Gusti Nurul merupakan pencetus pertama kali radio dan pernah diutus oleh ayahandanya untuk menari di hadapan Ratu Wilhelmina di Belanda sebagai kado pernikahan putri sang ratu.
Putri Mangkunegaran yang lahir pada tanggal 17 September 1921 ini juga memiliki kecantikan yang luar biasa dan dikenal sebagai Kembang Mangkunegaran.
Beberapa tokoh bangsa seperti Presiden Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Sjahrir hingga Kolon GPH Djatikusumo berlomba mendapatkan cintanya.
Namun putri yang tumbuh besar dibalik tembok keraton serta bersekolah di Belanda ini nggak suka poligami dan juga tak siap menikah dengan tokoh politik seperti Sutan Sjahrir.
Baru pada tanggal 24 Maret 1951 atau ketika berusia 30 tahun, Gusti Nurul menikah dengan seorang tentara yang masih sepupunya, Kolonel Surjo Sularso.
Usai menikah, Gusti Nurul bersama sang suami menetap di Bandung dan hingga kini dikaruniai tujuh anak, 14 cucu dan satu cicit. (tribunjateng/suharno)