HUT ke-6, Jurnalis MTB Bangun Saung Bacaan di Bogor
Jurnalis Mountain Bike menggelar bakti sosial berupa pembangunan saung (rumah panggung) bacaan di kampung Cibuntu dan sarana MCK
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Komunitas penggiat sepeda gunung Jurnalis Mountain Bike (JMTB) bersama komunitas penggiat offroad Jurnalis 4X4 menggelar bakti sosial (baksos) berupa pembangunan saung (rumah panggung) bacaan di kampung Cibuntu dan sarana MCK (Mandi Cuci Kakus), Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapa Nunggal, Kabupaten Bogor, Sabtu (5/12).
Pembangunan saung yang didukung penuh oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Dimension Data Indonesia ini bertujuan sebagai sarana belajar anak-anak sekaligus menumbuhkan minat baca di wilayah tersebut.
"Menginjak usia ke-6, JMTB ingin membagi cinta kepada masyarakat dalam sebuah kegiatan yang kami sebut 'JMTB Berbagi'," kata Ketua JMTB Achmad Fauzie di sela lokasi pembangunan saung bacaan, Bogor, Sabtu (5/12).
Selain diikuti peserta baksos, kegiatan tersebut juga dihadiri sejumlah perwakilan sponsor. Selain BNI dan Dimension Data, acara ini juga didukung PT Pertamina Lubricant dengan brand Pertamina Fastron, Sinarmas Group, PT Bank Mandiri Tbk, PT Garuda Food, PT XL Axiata Tbk, PT SAB Industries dengan brand Speed dan Bank BCA.
Fauzie mengatakan, 'JMTB Berbagi' melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu generasi penerus dengan membuatkan sebuah saung yang berfungsi sebagai taman bacaan, pusat kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak, ibu-ibu dan masyarakat, khususnya di daerah pelosok yang memiliki keterbatasan akses informasi.
Menurut Fauzie, meski kampung Cibuntu lokasinya tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta atau berdekatan dengan Cikeas tempat kediaman mantan presiden Indonesia SBY, namun pembangunan kampung ini tergolong tertinggal. "Untuk dapat masuk ke kampung Cibuntu, masih menempuh jarak 10 kilometer dari Kecamatan Gunung Putri dengan kondisi jalan tanah bebatuan, menanjak dan menurun," kata Fauzie.
Menurut Fauzie, kehidupan generasi muda di kampung Cibuntu cukup menyedihkan dan kekurangan sarana pendidikan. Satu-satunya sekolah yang ada hanya Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang memiliki dua ruang kelas, sehingga waktu belajarnya harus bergantian. Untuk melanjutkan jenjang lebih tinggi harus berjalan keluar kampung ke Bogor atau ke daerah lainnya.
"Anak-anak membutuhkan ruang belajar dan mengaji yang layak dan aman. Materi pendidikan seperti buku-buku bacaan dan pejalaran sangat minim. Kebutuhan ruang yang memadai juga sangat di butuhkan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak dalam mengelola lingkungan," kata Fauzie.
Dia berharap, saung (rumah panggung) di lokasi tanah warga yang sudah di sepakati itu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pengajaran, perpustakaan, pengajian dan aktivitas warga masyarakat kampung Cibuntu.
"Selain anak-anak, ibu-ibu juga bisa mengembangkan keterampilan di saung tersebut, sehingga diharapkan perekonomian di kampung Cibuntu lebih maju," kata Fauzie.