Sambut Tahun Baru, Petani asal Wonogiri Ini Pilih Jadi Pedagang Terompet Musiman
Seiring dengan semakin dekatnya tahun baru 2016 pedagang terompet mulai terlihat menggelar dagangannya dibeberapa titik di kota Yogyakarta.
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Abbad Nurullah Immad
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Seiring dengan semakin dekatnya tahun baru 2016 pedagang terompet mulai terlihat menggelar dagangannya dibeberapa titik di kota Yogyakarta.
Tribun Jogja memantau beberapa pedagang telah menggelar dagangannya dibeberapa titik di Jl Raya Solo - Yogya, dan berkesempatan mewawancarai salah seorang pedagang yang setiap tahunnya berdagang di Jalan Solo.
“Biasanya (setiap tanggal 31 Desember) di Jalan Solo, deket polres (polsek),” ujar Paidi (39), pedagang terompet asal Wonogiri yang setiap tahunnya datang ke Jogja untuk berjualan terompet.
Pedagang terompet musiman yang sehari-harinya bekerja sebagai petani ini telah berdagang terompet setiap tahunnya selama 15 tahun.
Ia membawa terompetnya dari Wonogiri dengan mobil bak terbuka, sebagian dari terompet tersebut dibuatnya sendiri dan sebagian lainnya merupakan kulakan yang diambilnya dari salah satu produsen di Wonogiri.
“Sebagian bikin sendiri sebagian ngulak (mengambil dari pengrajin),” tuturnya saat diwawancara Tribun Jogja disekitar Jalan Wahid Hasyim, Minggu (27/12/2015).
Paidi berangkat dari Wonogiri menuju Jogja tanggal 20 Desember, menetap di salah satu kamar kos di daerah Kledokan, ia mulai berjualan mulai pukul 06.30 pagi dan kembali pukul 7 malam.
Sebelum tanggal 31 Desember pria dengan perawakan kurus ini berkeliling di sekitar kecamatan Depok sambil sesekali berhenti untuk makan dan minum.
“Keliling mas (sebelum tanggal 31 Desember),” ujarnya saat ditanya Tribun Jogja tempat berjualannya sebelum tanggal 31 Desember.
Paidi mengaku dapat menjual lebih dari 100 buah terompet setiap tahunnya, “Nggak pasti mas.. Kadang segitu (lebih dari 100 buah) kadang nggak sampai (100 buah),” akunya kepada wartawan Tribun Jogja.
Paidi juga menambahkan orang Jogja banyak yang baik. “Orang jogja baik-baik mas, selalu ada yang ngasi tempat, kadang tukang parkir,” tutupnya. (tribunjogja.com)