Kisah Pembuat Trompet Asal Banjarmasin yang Memberdayakan Puluhan Tetangganya
Dari sebuah gang sempit, Eman dibantu istri dan Muhtadin menyediakan trompet untuk warga Banjarmasin merayakan malam pergantian tahun.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Dari sebuah gang sempit di kawasan padat penduduk, Eman dan Muhtadin asyik menggunting kertas, membuat pola, lalu menempelkan kertas hias sebelum trompetnya mereka pasarkan.
Di Jalan Ratu Jaleha, Gang Dewantara 9 Ujung, Kelurahan Karang Mekar, Banjarmasin Timur, dua orang itu paling produktif membuat trompet tahun baru dan Eman dianggap paling senior karena sudah 14 tahun bergelut di bisnis ini.
Menjelang Natal dan malam pergantian tahun, dari rumah sederhana ini Eman dibantu istrinya membuat trompet aneka bentuk untuk kemudian menjualnya ke pedagang trompet keliling di Banjarmasin.
Sehari-hari, Eman berjualan gulali keliling, tapi mendekati tahun baru ia memilih memproduksi trompet dibantu Muhtadin. Tak susah membuat trompet, asal mau dan telaten, begitu kata Eman. Peralatan membuat trompet hanya lem, kertas karton, gunting dan alat pendukung lainnya.
"Semuanya gampang, yang penting kreatif," cerita Eman kepada Banjarmasin Post saat bertandang ke rumahnya, Rabu (30/12/2015).
Ia memproduksi trompet standar berbentuk kerucut, kepala naga dan kepala ayam. Dua trompet terakhir paling rumit sehingga Eman membandrol satu trompet Rp 17 ribu.
Trompet kepala naga menjadi produk andalan untuk perayaan malam pergantian tahun 2015 menuju 2016, begitu kata Eman.
"Membuatnya lumayan perlu waktu, karena bahannya dari karet dan merangkainya harus hati-hati. Proses pengeleman pun sampai betul-betul kering, bisa satu minggu. Trompet bermotif sisik naga juga dari karet dan harganya mahal," imbuh dia.
Trompet motif pelangi lebih murah dari trompet kepala naga yang tak kalah laris, per buah Eman banderol Rp 15 ribu.
Sudah enam bulan lalu Eman dan istrinya memproduksi semua trompet ini karena banyak yang memesan terutama di akhir tahun, bukan hanya dari Banjarmasin tapi juga Kotabaru, Tanjung dan lain sebagainya.
Selain membuat trompet tahun baru yang dijajakan di jalan, Eman kerap mendapat pesanan dari perusahaan atau event organizer yang menggelar pesta pergantian tahun.
"Makanya kalau tidak dicicil bisa keteteran. Apalagi cuma kami berdua yang mengerjakan. Kalau kelimpungan ya kami meminta bantuan tetangga," terang Eman.
Perajin trompet musiman seperti Eman kendalanya klise, yakni modal. Untuk memenuhi bahan produksi, sudah 14 tahun ia meminjam dari tetangga atau lainnya.
"Tidak ada bantuan apalagi pelatihan dari pemerintah. Pinjam sana sini untuk modal. Paling tidak semalam modalnya Rp 35 juta. Alhamdulillah ada saja jalannya," cerita dia.
Meski tanpa bantuan pemerintah, upaya kreatif Eman patut dipuji. Tengok saja, ia mampu melibatkan 25 tetangganya terlibat untuk berjualan trompet ini.
"Yang membuat dua warga, sisanya berjualan. Jadi semua warga merasakan manfaatnya," kata Ketua RT Hando.
"Pesanan trompet banyak sekali. Pak Eman sampai kewalahan. Padahal warga lainnya ingin juga usaha, tapi terkendala modal. Harapannya ada modal lunak dari pemerintah supaya bisa berkembang," Hando berharap.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.