Warga Juga Dukung Larangan Beredarnya Minyak Goreng Curah
Warga Jawa Barat mendukung upaya pemerintah yang melarang peredaran minya goreng curah Maret nanti.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Warga Jawa Barat mendukung upaya pemerintah yang melarang peredaran minya goreng curah Maret nanti.
Beragam komentar pun terlontar dari sejumlah warga menanggapi keputusan Kementerian Perdagangan itu.
Alfina Nur Hanafiah (35), ibu rumah tangga di Gang Binong utara 3 Nomor 55 RT 4/1 Kecamatan Kiaracondong, menilai, menggunakan minyak goreng curah lebih boros ketimbang minyak goreng kemasan.
Berdasarkan pengalaman, menggunakan minyak goreng kemasan dua kali lebih irit ketimbang minyak goreng curah.
"Kalau dibandingkan, minyak goreng curah 1 kilogram cuman bisa dipakai untuk empat kali goreng. Kalau minyak goreng kemasan bisa dipakai delapan kali menggoreng," kata Alfina kepada Tribun ketika berbincang dengan Tribun, Rabu (20/1/2016).
Alfina sendiri tak lagi memakai minyak goreng curah sejak dua tahun yang lalu setelah mengetahui hal tersebut. Lagi pula, ia melihat minyak kemasan lebih higienis dan sehat ketimbang minyak goreng curah.
"Kalau minyak goreng kemasan kan jelas ada merknya. Banyak pilihannya. Selisih harganya juga sekitar Rp 3 ribu. Tapi kualitas lebih terjaga kemasan," kata Alfina.
Hal senada juga dikatakan Feby Nurjanah (28), warga Kampung Gunteng No 213 RT 4/10, Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, kepada Tribun melalui sambungan telepon, Rabu (20/1/2016).
Menurutnya, lebih baik mengeluarkan uang lebih namun kesehatan terjaga. Sebab minyak goreng berkaitan langsung dengan tubuh.
"Kalau dilarang beredar, minyak goreng semakin higienis. Beli gorengan tidak perlu takut lagi. Soalnya kan minyak goreng curah tidak terjamin kualitasnya," kata Feby.
Dari segi warna, kata Feby, minyak goreng curah lebih keruh ketimbang minyak goreng kemasan. Artinya, menurut Feby, proses penyaringannya kurang bagus.
"Dari hasil penggorengan juga beda. Kalau curah rasanya getir dan buat tenggorokan menjadi gatal dak buat batuk. Kalau kemasan tidak mengubah rasa makanan," ujar Feby.
Warga Kampung Cihampelas, RT 1/5, Desa Sindangsari, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Deden Prawira (45), juga merasakan hal serupa jika menyantap makanan gorengan dengan minyak goreng curah. Karena itu ia juga setuju jika pemerintah melarang peredaran minyak goreng curah.
"Saya dulu setiap hari pakai minyak goreng curah. Cuman lihat berita ada minyak jelantah yang dimurnikan, saya jadi takut. Makanya saya mending pakai minyak goreng kemasan," ujar Deden.
Diakui Deden harus merogoh kocek lebih jika membeli minyak goreng kemasa. Namun jika dihitung, pengeluaran justru lebih banyak membeli goreng curah ketimbang minyak goreng kemasan.
"Jelas lebih hemat, kalau minyak goreng kemasan pertama saja kerasa ada selisihnya. Cuman kalau sudah pemakaian, justru lebih hemat minya goreng kemasan ketimbang minyak goreng curah," kata Deden. (cis)