Ketua RT Terkejut Ratusan Warga di Tanahnya Bekas Anggota Gafatar
Samidi, Ketua RT 28 di Kelurahan Tanah Merah, Samarinda Utara, tercengang setelah tahu ratusan orang yang tinggal di tanahnya ada eks anggota Gafatar.
Penulis: Deddy Marjaya
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sebuah kertas putih tertempel di salah satu sudut ruangan berdinding triplek seluas sekitar 5 x 5 meter persegi mirip ruangan pertemuan.
Di dalam kertas tersebut jelas tertera "Jadwal Jam Kerja Proyek Pertanian Maluku" Lahan Tanah Merah dari pukul 06.30 Wita hingga pukul 17.00 Wita.
Kegiatannya, mulai dari briefing pagi, sarapan, kerja di area masing-masing, kebersihan pribadi, makan siang, istirahat, makan kudapan, kerja di area kerja masing-masing dan jam kerja selesai. Selain jadwal, juga tertera aturan dan sanksi untuk tindakan indisipliner.
Permukiman warga bekas anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di RT 28 Kelurahan Tanah Merah, Jumat (22/1/2016), tampak sudah tertata baik.
Untuk mencapai lokasi ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Dari jalan poros Samarinda-Bontang tepatnya di dekat Puskesmas Sungai Siring yang baru selesai dibangun, masuk lagi ke dalam sejauh sekitar 1,5 Km. Sayangnya, jalan selebar sekitar 3 meter masih berupa batu dan tanah dan akan becek ketika hujan turun.
Di lahan seluas sekitar 3,5 hektar yang dipinjam dari Ketua RT setempat, sebagian sudah dibangun permukiman yang terdiri dari rumah tinggal, ruang pertemuan, toilet umum, dan dapur. Semua bangunan, masih berbahan dasar kayu.
Sebagian lahan lagi sudah ditanami sayur-sayuran seperti kacang panjang, kangkung, ubi jalar dan ubi kayu serta beberapa tanaman lainnya.
Sistem pertanian yang digunakan juga terlihat modren mulai dari adanya irigasi air, pembuatan bedeng-bedeng tanah hingga pemakaian pupuk.
Mulai masuk ke permukiman, aktivitas anak-anak hingga orang dewasa masih terlihat seperti biasa. Ada yang masih bekerja di ladang dan sebagian lagi memasak di dapur.
Aca, wanita 18 tahun yang baru tiba sebulan belakangan sedang kebagian tugas memasak untuk makan malam. Wanita yang mengaku berasal dari Jakarta ini, mengaku belum mendengar kabar keharusan pulang ke daerah asal.
Sejauh ini kata dia, tinggal di permukiman tersebut cukup nyaman. Seluruh penghuni permukiman menurutnya sudah kenal satu sama lain. Kala datang ke Samarinda dia dan keluarga menggunakan biaya sendiri yang berasal dari tabungan yang sudah dikumpul selama ini.
"Belum tahu nanti mau pulang kemana," katanya.
Ketua RT 28 Kelurahan Tanah Merah Samarinda Utara, Samidi, mengatakan permukiman ini mulai dibangun bulan September 2015 lalu.
Awalnya hanya ada belasan Kepala Keluarga (KK) dan selanjutnya kembali berdatangan hingga mencapai 120 jiwa. Bahan-bahan bangunan seperti seng dan material lainnya, dipikul dari jalan utama. Samidi membenarkan lahan yang saat ini digunakan 120 warga eks Gafatar dipinjam darinya.
Samidi mengaku baru sekitar 2 minggu belakangan tahu, bahwa warga tersebut eks Gafatar. Tepatnya setelah hal itu ramai diberitakan media massa. Warga sendirilah yang menurutnya mengaku bahwa mereka ada eks Gafatar. Dia sendiri mengaku sangat terkejut atas pengakuan tersebut.
"Sebenarnya (dulu) sudah ada kecurigaan, tapi nggak tahu itu apa. Contohnya pakai pluit, memakai peraturan sendiri, anaknya nggak disekolahkan," kata Samidi.