Barang Murah Bermerek Tapi Harga Miring, Mal Sogo Jongkok Pilihannya
Mau mencari pakaian branded berkelas tapi harganya miring? Datang saja ke Mal Sogo Jongkok di Jalan Gembong, Surabaya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Nuraini Faiq
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Deretan pedagang kaki lima ramai berjejer di sebuah jalan di Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur.
Persis di Jalan Raya Kapasari, ada belokan ke kanan dari arah Taman Hiburan Rakyat (THR), Anda memasuki Jalan Gembong, tempat sekira 30 penjual pakaian branded bekas tapi berharga miring.
Di sini baju dijual rata-rata Rp 35 ribu, sedangkan celana atau jaket cukup Rp 50 ribu saja dan karena semua yang dijual barang bermerek, orang Surabaya menyebutnya Mal Sogo Jongkok.
Sogo karena pakaian yang dijual bermerek, tapi bekas, dan jongkok karena cara penjual dan pembelinya melayani dan menerima sambil berjongkok.
Aktivitas jual beli pakaian bekas di Pasar Gembong sudah berlangsung puluhan tahun, bahkan ada penjual yang menjadi penerus orangtua atau kakeknya dulu.
"Saya melanjutkan usaha kakek dan bapak saya. Sejak kecil saya sudah membantu dan sekarang melanjutkan jualan," ucap Tohir, seorang penjual pakaian bekas kepada Surya (Tribunnews.com Network), Rabu (3/2/2016).
Saking terkenalnya, semua orang Surabaya sangat familiar dengan julukan sentra pakaian bekas itu dengan sebutan mal Sogo Jongkok.
Bahkan saking penasarannya, Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji, tergoda melihat aktivitas di Mal Sogo Jongkok itu.
"Setelah saya ngobrol, dulu belum ada tenda atau kios. Semua penjual dan pembeli doprok atau jongkok kalau mau traksaksi. Namun saya datang ke sini tentu bukan untuk beli," ujar Armuji sambil terkekeh.
Sebagai wakil rakyat, Armuji ingin mendengar suara dan keingingan para pedagang pakaian bekas yang sudah berpuluhan tahun menggantungkan hidupnya di Jalan Gembong.
Armuji juga membawa misi agar para pedagang kaki lima pakaian bekas itu bisa dipindah ke sentra khusus agar tak mengganggu fasilitas umum.
Meski berada di gang, bukan jalan utama, kondisinya tak sesemrawut PKL di Jalan Kapasari, namun saat jam berangkat kerja dan pulang kantor, keberadaan mereka mengganggu penghuni kampung di situ, sehingga kendaraan tidak bisa mulus masuk.
Sementara keberadaan pedagang di sepanjang Jalan Kapasari sudah tak bisa ditoleransi lagi dan mereka sembarangan membuka lapak di atas atas trotoar. Meski sudah ditertibkan, mereka kembali berjualan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.