Aksi Murwa Daksina, Bersepeda Spiritual 12 Pura Pesisir untuk Tolak Reklamasi
Perjalanan ini menempuh 410 Kilometer dari timur Bali hingga Selatan Bali atau disebut Murwa Daksina dalam bahasa Bali.
Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Perjalan Spiritual dengan bersepeda dilakukan lima orang dari Denpasar, Bali, hampir tiga hari perjalanan sejak Jumat (5/2/2016) kemarin.
Perjalanan ini menempuh 410 Kilometer dari timur Bali hingga Selatan Bali atau disebut Murwa Daksina dalam bahasa Bali.
Sekitar 12 Pura di pesisir Bali dijelajahi oleh para pesepeda itu.
Ketua Samas (Sekretariat Bersama Sepeda) menyatakan, bahwa rute dilakukannya Murwa Daksina ialah dari gedung DPRD Bali, kemudian menuju ke Pura Dalem Pengembak, Mertasari, Sanur, Denpasar.
Di Pura itu, mereka meyakini untuk membuka jalan dan diberkati dalam perjalan.
Dalam perjalanan itu sekitar 20an orang mengikuti hingga menuju ke Pura Tanah Kilap, Denpasar menuju ke Pura Petitenget Kerobokan, Badung kemudian ke Pura Rambut Siwi untuk mekemit (tidak tidur dalam semalam) dan menginap di pura Rambut Siwi.
Dalam perjalanan itu, hanya tertinggal lima orang, yakni I Dewa Merthakota, Made Gede Sugiarta, Mahayanti, Wayan Arta dan Sahrul Umar. Kemudian, ke lima orang ini melanjutkan perjalan ke Pura Segara Rupak dan Pura Nyi Roro Kidul, dilanjutkan lagi ke Pura Pulaki, di kabupaten Buleleng.
Dari Pulaki menuju ke Pura Monjok Batu.
"Di Monjok Batu teman-teman dari Singaraja menyambut dan mengiringi kami. Tepat pukul 24.00 Wita kami tiba di Monjok Batu. Sekitar 170 kilometer perjalan itu kami tempuh hingga ke Monjok Batu," ucapnya kepada Tribun Bali, Senin (8/2/2016).
Usai semalam di Monjok Batu, barulah ke lima orang itu menuju ke Pura Manik Kembar di Batu Belah, Tulamben, Karangasem. Setelah itu dilanjutkan ke Bukit Asa untuk menikmati panorama Bukit Asa.
"Kami sempat menginap sehari di Bukit Asa untuk mengumpulkan tenaga," ungkapnya.
Dari situ, kemudian perjalan Spiritual itu dilanjutkan ke Pura Silayuti, kemudian ke Pura Goa lawa, menuju Pura Watu Kelotok, Pura masceti, Pura Air jeruk, dan terakhir ke Dalem Segara di Padang Galak, Sanur, Denpasar, Bali.
Menurut dia, bahwa perjalanan sepeda dengan bersembahyang di Pura-Pura ini adalah bagian supaya ada petunjuk agar Bali dijaga.
Dan menurut dia, dalam perjalan di semua Pura itu, semua pinandita (pemuka agama Hindu) mendukung dan memberikan restu untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.
"Perjalanan Spiritual ini ialah perjalan sesuai arah jarum jam. Yang kami haturkan supaya Tuhan memberkati jalan kami, dan Reklamasi Teluk Benoa tidak akan pernah dilakukan," pungkas Pria 59 tahun itu. (*)