Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dihantam Lahar Dingin, Jembatan Kali Semut Blitar Akhirnya Putus

Jembatan (cekdam) Kali Semut, di Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, sepertinya bakal jadi tinggal kenangan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Dihantam Lahar Dingin, Jembatan Kali Semut Blitar Akhirnya Putus
Surya/Imam Taufiq
kondisi Jembatan Kali Semut yang putus pas di bagian tengah jembatan, Selasa (9/2/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Jembatan (cekdam) Kali Semut, di Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, sepertinya bakal jadi tinggal kenangan.

Sebab, Selasa (9/2/2016) dini hari, jembatan yang dibangun tahun 1983 itu kembali diterjang banjir lahar dingin.

Akibatnya, jembatan sepanjang 100 meter dengan lebar 3 meter itu ambrol kian parah.

Jika kemarin, hanya ambrol bagian tepinya dan retak-retak bagian atasnya, dini hari tadi putus, tepat di tengahnya.

"Ambrol sepanjang 50 meter, dan tepat di tengahnya. Itu terjadi menjelang Subuh tadi," papar Agus Tri Jayanto, Kades Ngaringan.

Menurutnya, ambrolnya jembatan itu karena tak kuat menahan terjangan lair sungai, yang bercampur material dari Gunung Kelud.

Itu karena hujan dalam beberapa hari ini tak pernah reda, dan hampir seharian.

Berita Rekomendasi

Dalam beberapa hari ini, air sampai meluber di atasnya. Itu mungkin karena tiga lubang besar yang ada di bawah jembatan itu sudah tersumbat tumpukan material, sehingga tak bisa dilewati air.

Akibatnya, jembatan itu tak kuat menahan terjangan air, yang kian deras dalam beberapa hari ini.

Imbas dari musibah itu, masyarakat di dua desa kian terputus hubungan karena jembatan itu selama ini jadi akses satu-satunya, antara Desa Ngaringan dengan Desa Soso.

Untuk bisa berinteraksi, mereka harus menempuh perjalanan lebih jauh.

Di antaranya, melalui cekdam di Dusun Maguwan, Desa Soso, yang berjarak sekitar 6 km dari jembatan yang ambrol tersebut.

Alternatif lainnya, mereka bisa lewat Desa Semen. Meski jalannya cukup mulus, namun jaraknya sekitar 10 km.

"Kami kasihan anak-anak sekolah, mereka harus memutar. Termasuk, warga yang bekerja sebagai pedagang, juga terganggu. Kami berharap, pemerintah segera memperbaikinya," pungkas Agus.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas