Siswa SD di Kudus Ini Sudah Pandai Mengolah Sampah Organik Jadi Pupuk Cair
Wenzel Winanto, siswa kelas V SD Cahaya Nur, berdiri di belakang meja, yang di atasnya terdapat tiga ember berukuran cukup besar.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS- Wenzel Winanto, siswa kelas V SD Cahaya Nur, berdiri di belakang meja, yang di atasnya terdapat tiga ember berukuran cukup besar.
Ia selalu tersenyum semringah, dan kemudian secara antusias memberi penjelasan, saat ada pengunjung yang bertanya tentang isi ketiga ember tersebut.
"Ini hasil riset kami, bersama guru mata pelajaran IPA, pak Petrus, tentang bagaimana cara membuat pupuk cair berbahan limbah organik," kata Wenzel antusias, memberi penjelasan.
Ya, pada Jumat (26/2) itu, SD Cahaya Nur Kudus, menggelar pameran 38 hasil riset ilmiah para siswanya di sekolah setempat.
Hasil riset yang dipamerkan terdiri dari berbagai bidang. Di antaranya alternatif food, lampu sederhana, pupuk cair, pestisida alami, dan beberapa lainnya.
Diterangkan Wenzel lebih jauh, pupuk cair hasil kreasinya bersama teman dan guru itu, ramah lingkungan.
Di samping itu, bahan-bahannya adalah sampah organik yang bisa didapatkan secara mudah.
"Yang kami buat percobaan ini bahannya adalah sampah dedaunan yang bisa kita dapatkan secara mudah di sekitar rumah atau pun sekolah," ucapnya.
Diterangkan, untuk membuat pupuk cair tersebut, sampah dedaunan dimasukkan ke dalam ember, dan kemudian dicampur dengan satu di antara air ragi, air kecap, atau tetes tebu.
Sampah dalam ember yang telah dicampur dengan satu di antara cairan, kemudian ditutup rapat dan didiamkan selama sekitar satu minggu - 12 hari.
"Bisa menggunakan salah satu dari ketiga cairan itu, tergantung mana yang lebih mudah didapat," ujarnya.
Kepala SD Cahaya Nur, Suster Krista, mengatakan kegiatan pameran ini rutin dilaksanakan setiap tahun.
Menurutnya, kegiatan ini untuk mengajak siswa agar lebih kreatif dan inovatif.
"Pameran science project ini tiap tahun kita laksanakan, guna memacu gairah siswa dalam melakukan penelitian ilmiah," katanya.
Disampaikan, tantangan zaman ke depan, yang dihadapi para anak didik, lebih kompleks dari sekarang ini.
"Sehingga, dibutuhkan sosok-sosok yang kreatif dan inovatif untuk menghadapi tantangan zaman," ucapnya. (tribunjateng/yayan isro roziki)