Jejak Pembunuhan Anak Kandung di Batam Bak Skenario Film
Pernahkah Anda membayangkan, seorang ayah membuat skenario agar jejaknya setelah membunuh anak kandungnya tak terungkap? Di Batam ada ayah seperti itu
Penulis: Eko Setiawan
Editor: Y Gustaman
Di tengah jalan menuju musala, tiga warga yang datang mendekatinya membuat Efendi salah tingkah. Mereka sebelumnya ikut membantu mencari Maulana.
Saking kikuknya, jasad Maulana yang terbungkus kain terjatuh dari tangan Efendi dan tercebur ke kolam yang berada di dekat ia berdiri.
"Sudah ketemu anakmu bro?" tanya satu dari tiga orang itu, lalu Efendi jawab, "Belum."
Efendi pergi meninggalkan kolam itu. Namun ketiga warga yang ia jumpai dini hari itu tetap bertahan pagi di sana.
Sekitar pukul 07.00 WIB, warga kaget mayat Maulana mengapung di kolam tersebut. Efendi tak kalah kaget dan membawa anaknya pulang ke rumah untuk dimakamkan.
Selang beberap menit, polisi mendatangi lokasi. Jasad Maulana dibawa ke Rumah Sakit Otorita Batam untuk divisum. Sabtu siang, mayat Maulana dikubur di pemakaman umum di kawasan Sei Panas.
Polisi hampir percaya anak Efendi benar-benar meninggal tercebur kolam. Anggota sudah melapor ke Kapolsek Lubuk Baja jika Maulana yang sempat dinyatakan hilang, sudah ditemukan tapi tewas.
Belakangan, informasi itu tak benar-benar demikian. Berdasar komentar sejumlah warga, polisi curiga. Ada sejumlah warga mengaku sempat mencari Maulana di kolam itu namun tak menemukannya.
Polisi semakin curiga ketika Maulana divisum, Efendi malah menolak. Pada akhirnya, setelah diberi pengertian, Efendi merelakan anaknya itu divisum.
Berdasarkan keterangan pihak medis, sejumlah luka di tubuh Maulana. Di antaranya pendarahan di ginjal, sobek di usus dan luka memar di kulit luar, dan paru-paru korban tak basah terkena air.
"Kita bisa menyimpulkan, korban dibuang setelah dia tewas," kata Kapolsek Lubuk Baja, Kompol I Dewa Nyoman ASN.
Kecurigaan polisi benar, Efendi yang menjalani pemeriksaan sekian jam akhirnya mengaku telah membunuh anaknya. Saat kejadian, istrinya tak ada di rumah karena sedang mencari barang bekas.
Semua skenario itu Efendi lakukan agar istrinya tak tahu jika ia telah membunuh anaknya. Semasa hidup, Maulana kerap Susanti ajak mencari barang bekas.
Susanti mencoba menerima kematian anaknya. Tapi ia tetap membutuhkan kehadiran suaminya yang terancam 15 tahun penjara ditambah sepertiga hukuman. Bagaimana pun, Susanti masih memilik anak bungsu, adik Maulana yang berusia tiga bulan, yang harus dinafkahi Efendi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.