Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saat Gubernur Jateng Berbelanja di Pasang Papringan Tak Pakai Rupiah Tapi Koin Pring

Ratusan warga terlihat menyebar di sebuah kebun bambu di Dusun Banaran Kelingan, Desa Caroban, Kecamatan Kandangan, Temanggung.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Saat Gubernur Jateng Berbelanja di Pasang Papringan Tak Pakai Rupiah Tapi Koin Pring
Tribun Jateng/A Prianggoro
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berbelanja di Pasar Papringan Temanggung. 

Tak Ada Plastik
Penjual makanan lain, Komariah (50) mengungkapkan ada sejumlah aturan bagi pedagang yang berjualan di Pasar Papringan.

Misalnya adanya larangan pemakaian plastik dan sebagai penggantinya memakai besek. Pedagang juga dilarang memakai penyedap rasa atau Msg (monosodium glutamate).

"Pedagang diwajibkan memakai bahan-bahan yang ramah lingkungan dan sehat," kata Komariah seraya menggoreng makanan memakai tungku berbahan bakar arang.

Uniknya, pembeli dan penjual juga tidak bisa memakai uang rupiah sebagai alat pembayaran.

Pembeli memakai koin saat berbelanja di Pasar Papringan Temanggung

Baik pembeli maupun penjual harus menukarkan uang rupiah itu dengan alat pembayaran yang oleh warga desa setempat disebut "koin pring".

Berita Rekomendasi

Bentuknya memang mirip koin, namun terbuat dari kayu dan bambu. Ada yang berbentuk bulat dan ada yang berbentuk kotak.

Nilai yang tertera pada koin pring itu ada empat, yaitu "1", "5", "10", dan "50". Nilai "1" itu sama dengan Rp 1.000, nilai "5" sama dengan Rp 5.000, nilai "10" sama dengan Rp 10.000, dan nilai "50" sama dengan Rp 50.000.

Pembeli yang akan belanja harus menukarkan uang rupiah di petugas pasar yang ada di sejumlah titik tersebar di area pasar.

"Tidak repot, teman-teman pedagang malah senang memakai koin pring. Jadi setiap selesai berdagang, kami kembali menukarkan koin pring dengan rupiah kepada petugas pasar," kata Komariah.

Gubernur Berbelanja
Pasar Papringan memberdayakan warga setempat untuk diprioritaskan menjadi pedagang.

Seorang penjual kopi atau barista, Anjar Purnomo (25) menuturkan ia sebelumnya bekerja di bidang tembakau. Namun bisnis tembakau itu tidak bisa selalu mendatangkan rezeki karena sifatnya musiman.

"Saya diberi pelatihan oleh petugas pasar untuk jadi barista dan sekarang bisa berjualan di sini," kata Anjar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas